Gambar Sampul Bahasa Indonesia · a_Pelajaran 1 Pendidikan
Bahasa Indonesia · a_Pelajaran 1 Pendidikan
Adi, Aminudin, Yudi

23/08/2021 07:38:55

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

iii

Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia

untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial,

dan emosional. Selain itu, pelajaran bahasa akan membuat Anda mampu menggunakan

kemampuan analitis dan imajinatif Anda.

Salah satu keberhasilan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah melahirkan

individu yang mampu belajar secara mandiri. Dalam hal ini, Anda mampu menggambarkan

penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan

sastra Indonesia. Oleh sebab itu, diperlukan media pelajaran (buku penunjang) yang dapat

memberikan cakrawala bagi kehidupan Anda. Penunjang pelajaran yang baik tentunya

mampu mengakomodasi kemampuan Anda dalam mengembangkan aspek mendengarkan,

berbicara, membaca, dan menulis.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah saat Anda membaca buku penunjang, buku

tersebut hendaknya, mampu mengejawantahkan kemampuan pribadi dan kelompok sesuai

dengan tujuan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berhubungan dengan prinsip

bahwa pelajaran bahasa dan sastra Indonesia bukan semata teori yang harus dihafal.

Berdasarkan tujuan tersebut, buku ini hadir untuk membawa Anda dalam petualangan

dan suasana belajar yang lebih mengedepankan aspek penggalian potensi diri. Anda tidak

hanya bergelut dengan materi (teori) bahasa dan sastra. Anda diajak untuk memahami

kegiatan belajar bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan kehidupan sehari-hari. Sebagai

individu, Anda akan lebih terasah untuk menggali potensi mendengarkan, berbicara,

membaca, dan menulis dengan suasana belajar yang menyenangkan.

Akhir kata, penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu terwujudnya buku ini. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang sumber tulisan atau gambarnya dimuat dalam buku ini, baik dari koran,

majalah, tabloid, buku, hingga situs internet.

Semoga kehadiran buku ini dapat menambah perbendaharaan ilmu bahasa dan

sastra Anda.

Bandung, September 2007

P

enulis

Prakata

iv

Untuk memahami dan mengikuti materi buku ini, Anda harus mengenal struktur dan isi buku ini. Berikut ini, disajikan bagian-

bagian yang ada dalam buku ini.

Mengenal Bagian Buku Ini

B

A

L

K

J

I

H

F

E

C

D

G

A. Judul Pelajaran

Judul diletakkan di bagian awal untuk mengantar

Anda memasuki materi pelajaran. Judul pelajaran

ini disesuaikan dengan tema yang dikaitkan dengan

kehidupan sehari-sehari. Tema ini mengacu pada

pelajaran bahasa ataupun sastra.

B. Pengantar Pelajaran

Pengantar pelajaran merupakan tulisan singkat yang

akan memancing pengalaman dan pengetahuan Anda.

Dalam hal ini, Anda akan memanfaatkan pengetahuan

atau pengalaman Anda dalam kehidupan sehari-hari dan

menghubungkannya dengan materi yang akan dipelajari.

C. Gambar Awal Pelajaran

Gambar awal pelajaran yang hadir di setiap awal bab ini

merupakan bagian penjelas visual yang berhubungan

dengan materi suatu bab. Gambar yang dihadirkan dapat

mewakili materi-materi yang akan dipelajari secara umum.

D. Peta Konsep dan Alokasi Pelajaran

Bagian ini merupakan peta pelajaran yang menyangkut

arah keseluruhan pelajaran dalam setiap bab. Adapun

alokasi menyangkut jumlah jam pelajaran di setiap bab.

E. Tujuan Pelajaran

Tujuan pelajaran disajikan di setiap awal pelajaran dalam

setiap subbab. Dengan demikian, Anda akan memahami

arah pelajaran sekaligus hal-hal apa saja yang akan Anda

dapatkan dalam memperlajari suatu materi.

F. Materi Pelajaran

Materi pelajaran disajikan dengan konsep materi dan

aplikasi materi dalam bentuk contoh. Dalam hal ini,

Anda akan mengetahui bagaimana suatu materi dapat

diterapkan dalam aspek kebahasaan ataupun kesastraan.

Bahan materi pun disesuaikan dengan sumber terkini

dan sesuai dengan situasi kapan pun.

G. Foto dan Ilustrasi

Foto dan gambar ilustrasi disajikan sebagai penunjang

bagi Anda dalam membaca teks materi. Kekuatan visual

sebuah foto atau gambar ilustrasi dapat lebih membantu

Anda dalam mendalami setiap materi.

H. Uji Materi

Uji Materi merupakan bagian pelatihan bagi Anda

setelah mempelajari suatu materi. Kegiatan pelatihan ini

merupakan aplikasi langsung menguji untuk pemahaman

dan kemampuan Anda dalam menyerap materi. Hal ini

dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok.

I. Kegiatan Lanjutan

Kegiatan Lanjutan merupakan latihan dalam bentuk

tugas. Tugas ini dapat dilakukan secara individu ataupun

berkelompok. Selain itu, kegiatan ini dapat dilakukan

di sekolah ataupun di rumah tanpa membebani waktu

belajar Anda. Kegiatan lanjutan ini bertujuan agar Anda

lebih mengaplikasikan materi dalam kehidupan.

J. Kaidah Bahasa

Kaidah Bahasa merupakan kolom pengayaan yang

disajikan di setiap pelajaran. Kolom ini disajikan agar

Anda lebih memahami dan mempraktikkan kaidah

berbahasa yang baik dan benar. Selain itu, secara tidak

langsung Anda dapat lebih kritis dalam menggunakan

bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

K. Info Bahasa

Info Bahasa merupakan kolom pengayaan yang disajikan

agar Anda lebih memahami kondisi bahasa Indonesia

dalam kehidupan masyarakat. Anda juga akan memahami

sejarah dan perkembangan terkini bahasa Indonesia. Selain

itu, Anda akan memahami upaya pihak-pihak yang terlibat

langsung dalam perkembangan bahasa Indonesia, misalnya

Pusat Bahasa, media massa, dan sebagainya.

v

R

S

T

U

L. Info Sastra

Info Sastra disajikan agar cakrawala Anda terhadap

dunia sastra lebih terbuka. Info sastra ini merupakan

kolom pengayaan yang bersumber dari situs internet,

media cetak, sampai buku dan ensiklopedia kesastraan.

Dengan adanya kolom ini, Anda akan lebih memahami

perkembangan dunia sastra.

M. Mengenal Ahli Bahasa

Kolom pengayaan ini disajikan agar Anda lebih dekat

dengan sosok ahli bahasa Indonesia. Anda akan

memahami karya-karya tulisannya sekaligus upaya yang

mereka lakukan dalam menjaga dan mengembangkan

bahasa Indonesia.

N. Sastrawan dan Karyanya

Kolom pengayaan ini hadir agar Anda dapat lebih jauh

mengenal profil sastrawan. Adapun tujuan lainnya adalah

agar Anda lebih mengetahui karya-karya sastra apa saja

yang pernah mereka hasilkan. Dalam hal ini, judul karya-

karya sastra tersebut dapat menjadi referensi bagi Anda yang

ingin membaca karya-karyanya secara lebih mendalam.

O. Rangkuman

Rangkuman merupakan bagian inti sari materi yang

berguna untuk mengingat apa yang telah Anda pelajari.

P. Refleksi Pelajaran

Bagian ini merupakan kolom refleksi Anda setelah

mempelajari suatu materi. Dengan kata lain, kolom

ini merupakan bentuk tindak lanjut setelah Anda

mempelajari suatu materi. Dengan demikian, Anda tidak

saja berkutat dalam memahami materi bahasa dan sastra,

tetapi Anda dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-sehari atau di masa yang akan datang.

Q. Soal Pemahaman Pelajaran

Bagian ini disajikan di setiap akhir bab sebagai tantangan

pemahaman materi yang telah dipelajari.

R. Uji Kompetensi Semester

Bagian ini merupakan bentuk tantangan bagi Anda

setelah mempelajari keseluruhan materi selama satu

semester. Hal ini dapat menjadi pengingat Anda dalam

memahami kembali mater-materi di setiap bab dalam

satu semester tersebut.

S. Uji Kompetensi Akhir Tahun

Bagian ini merupakan bentuk latihan menyeluruh dari

semester 1 dan 2. Kolom ini berguna bagi Anda dalam

memahami dan mengingat kembali materi-materi yang

pernah dipelajari. Selain itu, bagian ini sekaligus juga dapat

membantu Anda dalam berlatih soal-soal lain yang sejenis

dengan soal latihan akhir yang ada dalam buku ini.

T. Glosarium

Bagian ini berisikan daftar kata-kata atau istilah penting/

sulit disertai dengan penjelasan arti. Hal ini akan

memudahkan Anda dalam memahami kata atau istilah

untuk menunjang pemahaman Anda.

U. Indeks

Indeks merupakan halaman khusus yang berisi daftar

istilah, kata, atau nama tokoh. Bagian ini disajikan dengan

penunjuk halaman tempat istilah, kata, atau nama tokoh

tersebut berada. Hal ini akan memudahkan Anda dalam

mencari daftar kata tersebut di suatu halaman tertentu.

M

N

O

P

Q

vi

Prakata

......................................................................... iii

Mengenal Bagian Buku Ini

.........................................iv

Pelajaran 1 Pendidikan

................................................

1

Peta Konsep .....................................................................2

A.

Mengungkapkan Uraian Topik ...............................3

B. Membaca Paragraf

Induktif dan Deduktif .............................................8

C. Menulis Daftar Pustaka

dan Catatan Kaki ..................................................13

D. Memerankan Drama .............................................22

Soal Pemahaman Pelajaran 1 ........................................28

Pelajaran 2 Kreativitas

...............................................

29

Peta Konsep ...................................................................30

A.

Mendengarkan Isi Wawancara ..............................31

B. Mengungkapkan Hasil Wawancara ......................37

C. Mengidentifikasi Pementasan Drama ...................40

Soal Pemahaman Pelajaran 2 ........................................52

Pelajaran 3 Kemasyarakatan

.....................................

53

Peta Konsep ...................................................................54

A.

Mendengarkan Isi Sambutan/Khotbah .................55

B. Menganalisis Unsur Hikayat ................................59

C. Prinsip-Prinsip Resensi Buku Sastra ....................64

Soal Pemahaman Pelajaran 3 ........................................71

Pelajaran 4 Memahami Sastra

...................................

73

Peta Konsep ...................................................................74

A.

Menulis Resensi Buku Novel ...............................75

B. Menganalisis Pementasan Drama .........................76

C. Menulis Proposal ..................................................85

D. Menganalisis Novel .............................................88

Soal Pemahaman Pelajaran 4 ......................................100

Pelajaran 5 Aktivitas

.................................................

101

Peta Konsep .................................................................102

A.

Menulis Surat Niaga dan Surat Kuasa ................103

B. Mengekspresikan Tokoh .....................................107

C. Membaca Berita ..................................................114

Soal Pemahaman Pelajaran 5 ......................................118

Uji Kompetensi Semester 1

......................................

119

P

elajaran 6 Kependudukan

.....................................125

Peta Konsep ..................................................................126

A.

Merangkum Diskusi ...........................................127

B. Menyampaikan Hasil Penelitian ........................130

C. Membandingkan Hikayat dengan Novel ............133

Soal Pemahaman Pelajaran 6 ......................................142

Pelajaran 7 Tokoh

.....................................................

143

Peta Konsep ..................................................................144

A.

Menanggapi Diskusi ...........................................145

B. Mengomentari Tanggapan Hasil Penelitian ........148

C. Membaca Buku Biografi .....................................150

D. Menulis Notula Rapat .........................................155

Soal Pemahaman Pelajaran 7 .......................................160

Pelajaran 8 Teknologi dan Komunikasi

..................

161

Peta Konsep .................................................................162

A.

Membaca Cepat ..................................................163

B. Merangkum Isi Buku ..........................................168

C. Identifikasi Cerpen ..............................................171

D. Menulis Adegan Drama ......................................177

Soal Pemahaman Pelajaran 8 ......................................181

Pelajaran 9 Fasilitas Umum

.....................................

183

Peta Konsep .................................................................184

A.

Membedakan Fakta dan Opini ............................185

B. Menulis Karya Ilmiah .........................................189

C. Mementaskan Drama Sederhana ........................193

Soal Pemahaman Pelajaran 9 ......................................196

Pelajaran 10 Apresiasi Drama

..................................

197

Peta Konsep ... .............................................................198

A.

Mengekspresikan Dialog Drama .........................199

B. Menulis Dialog Drama ........................................202

C. Menemukan Nilai-Nilai dalam Cerpen ...............205

Soal Pemahaman Pelajaran 10 ....................................211

Uji Kompetensi Semester 2

......................................

213

Uji Kompetensi Akhir Tahun

...................................219

Daftar Pustaka

..........................................................228

Glosarium

..................................................................229

Indeks

.........................................................................230

Daftar Isi

vii

Pelajaran 1

Tabel 1.1 Penilaian Penyampaian Topik ............................8

T

abel 1.2 Paragraf Deduktif dan Deduktif .......................13

Tabel 1.3 Penilaian Peragaan Drama ...............................26

Pelajaran 5

Tabel 5.1 Tabel Koreksi Surat Niaga dan Surat Kuasa ..107

T

abel 5.2 Penilaian Pembacaan Berita ...........................117

Pelajaran 6

Tabel 6.1 Tabel Menyimak Acara Diskusi di Televisi ....129

T

abel 6.2 Perbandingan Novel Indonesia dan Terjemahan ..

141

Pelajaran 1

Gambar 1.1 Buku seperti ini dapat membantu Anda

dalam memahami teori pengembangan

paragraf ........................................................

9

Gambar 1.2 Buku tersebut dapat dijadikan salah satu

sumber daftar pustaka ................................14

Gambar 1.3 Sumber daftar pustaka dapat

diperoleh dari media massa ........................15

Gambar 1.4 Sumber catatan kaki dapat berasal dari teks

dalam buku .................................................17

Gambar 1.5 Artikel dalam koran dapat menjadi salah

satu sumber catatan kaki ............................18

Gambar 1.6 Beragam buku merupakan sumber utama

catatan kaki .................................................19

Gambar 1.7 Latihan dasar sangat penting untuk

seorang aktor drama ...................................23

Pelajaran 2

Gambar 2.1 Kegiatan wawancara biasa dilakukan di

media tele

visi..............................................31

Gambar 2.2 Kegiatan wawancara yang dilakukan

dengan tokoh nasional ................................37

Gambar 2.3 Keberhasilan pementasan teater bergantung

pada penguasaan setiap pemain terhadap

tokoh yang diperankannya .........................40

Gambar 2.4 Dialog para pemain harus mendukung

karakter tokoh cerita ...................................41

Gambar 2.5 Kegiatan pementasan drama dapat melatih

Anda memanfaatkan potensi diri ...............44

Pelajaran 3

Gambar 3.1 Contoh sambutan yang dilakukan dalam

forum internasional

....................................55

Gambar 3.2 Contoh hikayat dalam bentuk tulisan .........59

Gambar 3.3 Teknik menulis resensi dapat Anda peroleh

dari buku-buku yang membahas dasar-dasar

meresensi buku ...........................................65

Gambar 3.4 Resensi buku mempunyai manfaat bagi

calon pembaca buku ...................................66

Gambar 3.5 Contoh resensi yang dimuat dalam sebuah

media cetak .................................................67

Gambar 3.6 Buku yang pernah Anda baca

dapat diresensi ............................................68

Gambar 3.7 Pengenalan teknik meresensi perlu

dilakukan sebelum kita melakukan meresensi

buku ............................................................69

Pelajaran 4

Gambar 4.1 Pementasan drama menuntut kerja sama

semua pihak, dari mulai sutradara, pemain,

sampai penata lampu

..................................77

Gambar 4.2 Panggung memeran peranan penting dalam

kelangsungan pementasan drama ...............78

Gambar 4.3 Tata lampu memegang peranan penting

dalam suatu pementasan drama ..................79

Gambar 4.4 Pengiring musik dalam pementasan drama

ikut membangun suasana cerita .................80

Gambar 4.5 Contoh proposal .........................................85

Gambar 4.6 Sebuah novel dapat menjadi pembicaraan

di zamannya. Contohnya novel karya

HAMKA tersebut .......................................88

Gambar 4.7

Sang Alkemis

adalah novel yang terkenal

dengan metafor-metafor universal ..............93

Pelajaran 5

Gambar 5.1 Kegiatan menulis surat niaga dapat Anda

aplikasikan dalam k

ehidupan

sehari-hari .................................................103

Gambar 5.2 Berlatih akting diperlukan saat akan

mementaskan drama .................................108

Gambar 5.3 Pemeranan dan karakter tokoh dapat lebih

dijiwai dengan sering latihan drama.........109

Gambar 5.4 Kegiatan membaca berita memerlukan

penguasaan nada, tempo, jeda, intonasi,

dan pelafalan ............................................114

Pelajaran 6

Gambar 6.1 Kegiatan diskusi dapat Anda lakukan

bersama teman k

elompok ........................127

Gambar 6.2 Kegiatan diskusi pada hakikatnya

adalah saling membagi informasi

dan tanggapan ...........................................128

Gambar 6.3 Cerita hikayat dapat Anda bandingkan

dengan novel ............................................133

Pelajaran 7

Gambar 7.1 Kegiatan berdiskusi dapat Anda lakukan

dengan guru atau k

eluarga ........................145

Daftar Tabel

Pe

lajar

Daftar Gambar

viii

Pelajaran 8

Gambar 8.1 Kegiatan membaca cepat dapat dilakukan

dengan k

onsentrasi penuh ........................165

Gambar 8.2 Kegiatan membaca dapat memberikan

hiburan sekaligus nilai-nilai kehidupan

bagi Anda .................................................175

Gambar 8.3 Menulis adegan drama akan melatih

kegiatan bersastra Anda ............................177

Pelajaran 9

Gambar 9.1 Kegitan berlatih drama memerlukan kesiapan

fisik dan mental

........................................193

Gambar 9.2 Olah suara dan gestur sangat diperlukan

dalam kegiatan latihan drama ...................194

Pelajaran 10

Gambar 10.1 Ekspresi tokoh dalam pementasan drama

berasal dari latihan setiap karakter secara

sungguh-sungguh .....................................

199

Gambar 10.2 Untuk memahami cerpen, Anda dapat

belajar teori karya sastra seperti pada

buku tersebut ............................................208

Saat membaca suatu artikel, Anda dapat memahami isi artikel

tersebut karena dapat mengetahui uraian topik yang ada di dalamnya.

Dalam pelajaran ini, Anda akan belajar menjelaskan secara lisan

uraian topik tertentu dari teks yang Anda baca. Adapun sebagai tindak

lanjut, Anda dapat menulis karangan ilmiah berdasarkan sumber yang

layak dipertanggungjawabkan. Hal itu dapat Anda lakukan dengan

menuliskan daftar pustaka dan catatan kaki atas hasil tulisan Anda.

Adapun kegiatan memerankan tokoh dalam drama akan melatih

Anda memahami suatu naskah drama. Dengan demikian, Anda akan

lebih terlatih dalam memahami unsur-unsur drama.

S

aat

me

m

baca

suatu

a

rtikel

,

A

n

da

d

a

p

a

t

m

e

m

a

h

a

mi

is

i

a

r

t

ik

el

te

r

sebut

k

a

r

e

n

a

d

a

p

a

t

m

en

g

etahu

i

u

r

a

i

a

n

t

o

p

ik

yang

ada

d

i

dalamn

y

a

.

Da

l

am

p

e

l

a

j

aran

i

n

i,

An

d

a

ak

an

b

e

l

a

j

a

r

m

en

j

e

l

as

k

an

s

ecar

a

li

sa

n

u

r

a

i

a

n

to

p

i

k

te

r

te

n

tu

da

r

i

te

k

s

yang

An

da

baca

.

Ada

p

u

n

seba

g

ai

t

in

da

k

l

an

j

ut

,

A

n

da

d

apa

t

m

enu

li

s

k

aran

g

a

n

il

m

i

a

h

b

er

d

asar

k

a

n

s

um

b

e

r

yang

l

aya

k

di

pertanggung

j

awa

bk

an.

H

a

l

i

tu

d

apa

t

A

n

da

l

a

k

u

k

a

n

d

enga

n

m

e

n

u

li

s

k

an

da

f

tar

p

ustaka

da

n

catata

n

k

a

ki

atas

h

as

i

l

tu

li

sa

n

Anda

.

A

d

a

p

un

k

e

gi

atan

m

emeran

k

an

to

k

o

h

d

a

l

a

m

d

ram

a

a

k

a

n

me

l

at

ih

An

d

a

mema

h

am

i

s

ua

t

u

nas

k

a

h

d

rama.

Denga

n

d

em

iki

an

,

A

n

da

a

k

a

n

l

eb

i

h

te

rl

at

i

h

da

l

am

m

e

m

a

h

a

mi

unsur

-

unsur

drama

.

Pendidikan

1

Pelajaran

S

u

m

b

e

r

:

w

w

w

.

s

m

a

.

a

l

k

a

u

t

s

a

r

.

o

r

g

2

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

Peta Konsep

Memahami bacaan

terdiri atas

berlatih

Menemukan paragraf

induktif dan deduktif

Dilakukan dengan kegiatan

membaca intensif

Membaca naskah drama

memahami kaidah daftar pustaka

dan catatan kaki (

footnote

) dalam

bacaan

Melengkapi tulisan

dengan daftar pustaka

dan catatan kaki

membaca untuk menemukan

pokok pikiran

menemukan hal-hal menarik

Menjelaskan topik

artikel/buku

Memerankan dialog

drama

Alokasi waktu untuk Pelajaran 1 ini adalah 15 jam pelajaran.

1 jam pelajaran = 45 menit

3

Pendidikan

Dalam pelajaran ini,

Anda diharapkan dapat mendata pokok-pokok

isi artikel/buku yang diperoleh dari hasil membaca. Selain itu, Anda

diharapkan dapat menyampaikan (secara lisan) isi artikel dengan mem-

perhatikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Anda

diharapkan dapat mengemukakan hal-hal yang menarik dalam artikel/buku

yang telah dibaca dengan memberikan alasan.

Mengungkapkan Uraian Topik

A

"Dengan membaca, kita dapat merengkuh dunia". Begitulah

ungkapan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Apa

artinya kita memiliki pikiran, jika kita tidak dapat menambah

informasi ke dalam otak kita? Kegiatan membaca adalah upaya

yang dapat membawa kita bertualang ke dalam ilmu pengetahuan.

Sudahkah Anda menjadikan perpustakaan, toko buku, atau taman

bacaan sebagai rumah kedua Anda?

Membaca adalah aktivitas yang kompleks, terutama datang dari

faktor luar pembaca dan dalam pembaca sendiri. Untuk memperlancar

proses membaca, seorang pembaca harus memiliki modal pengetahuan

dan pengalaman; kemampuan memahami bahasa; kemampuan teknik

membaca; serta tahu tujuan membaca. Sebetulnya, kegiatan membaca

identik dengan rasa kritis dan juga mengingat. Kegiatan membaca

merupakan proses usaha memasukkan informasi yang ditangkap dari

bacaan ke dalam ingatan. Dalam hal ini, Anda akan mengetahui topik yang

dibahas jika Anda mampu membaca dengan baik suatu teks bacaan.

Untuk melatih Anda, bacalah teks berikut dengan baik.

Perilaku Agresi pada Remaja

Oleh Zainun Mu’tadin, S.Psi., MSi.

Pada kalangan remaja, aksi yang biasa dikenal

sebagai tawuran pelajar/tawuran massal merupakan

hal yang sudah terlalu sering kita saksikan, bahkan

cenderung dianggap biasa. Pelaku-pelaku tindakan aksi

ini bahkan sudah dilakukan oleh siswa-siswa di tingkat

SMA. Ini sangatlah memprihatinkan kita semua.

Hal yang terjadi pada saat tawuran sebenarnya

adalah perilaku agresi dari seorang individu atau

kelompok. Agresi itu sendiri didefinisikan sebagai

suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat,

berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau

menghukum orang lain. Secara singkatnya, agresi

adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai

orang lain atau merusak milik orang lain.

Pertanyaannya kemudian adalah faktor-faktor

apa saja yang dapat menjadi pemicu perilaku agresi

tersebut?

Mengapa kasus-kasus sepele dalam kehidupan

sosial masyarakat sehari-hari dapat tiba-tiba berubah

menjadi bencana besar yang berakibat hilangnya nyawa

manusia? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

tersebut, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa

saja penyebab perilaku agresi berikut.

1. Amarah

Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktivi-

tas sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya

perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya

disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata

salah atau mungkin juga tidak. Pada saat marah ada

perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan,

atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran

yang kejam. Jika hal-hal tersebut disalurkan, terjadilah

perilaku agresi.

Sumber

:

www.pikiran-rakyat.com

4

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

Jadi, tidak dapat dipungkiri bahwa pada ke-

nyataannya agresi adalah suatu respons terhadap

marah. Kekecewaan, sakit fisik, penghinaan, atau

ancaman sering memancing amarah dan akhirnya

memancing agresi. Ejekan, hinaan, dan ancaman me-

rupakan pancingan yang jitu terhadap amarah yang akan

mengarah pada agresi.

Anak-anak di kota seringkali

saling mengejek pada saat bermain,

begitu juga dengan

remaja biasanya mereka mulai saling mengejek dengan

ringan sebagai bahan tertawaan, kemudian yang diejek

ikut membalas ejekan tersebut. Lama kelamaan, ejekan

yang dilakukan semakin panjang dan terus-menerus

dengan intensitas ketegangan yang semakin tinggi.

Ejekan ini semakin lama-semakin seru karena

rekan-rekan yang menjadi penonton juga ikut-ikutan

memanasi situasi. Pada akhirnya, jika salah satu

tidak dapat menahan amarahnya, ia mulai berupaya

menyerang lawannya. Dia berusaha meraih apa saja

untuk melukai lawannya. Dengan demikian, berarti

isyarat tindak kekerasan mulai terjadi. Bahkan pada

akhirnya penonton pun tidak jarang ikut-ikutan

terlibat dalam perkelahian.

2. Faktor Biologis

Ada beberapa faktor biologis yang meme-

ngaruhi perilaku agresi.

a. Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan

sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi.

Dari penelitian yang dilakukan terhadap binatang,

mulai dari yang sulit sampai yang paling mudah

dipancing amarahnya. Faktor keturunan tampaknya

membuat hewan jantan yang berasal dari berbagai

jenis lebih mudah marah dibandingkan betinanya.

b. Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi

ternyata dapat memperkuat atau menghambat

sirkuit neural yang mengendalikan agresi. Pada

hewan sederhana, marah dapat dihambat atau

ditingkatkan dengan merangsang sistem limbik

(daerah yang menimbulkan kenikmatan pada

manusia) sehingga muncul hubungan timbal

balik antara kenikmatan dan kekejaman. Orang

yang berorientasi pada kenikmatan akan sedikit

melakukan agresi. Adapun orang yang tidak

pernah mengalami kesenangan, kegembiraan atau

santai cenderung untuk melakukan kekejaman

dan penghancuran (agresi). Keinginan yang kuat

untuk menghancurkan disebabkan oleh ketidak-

mampuan untuk menikmati sesuatu hal yang

disebabkan cedera otak karena kurang rangsangan

sewaktu bayi.

c. Kimia darah (khususnya hormon seks yang

sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat

memengaruhi perilaku agresi. Dalam suatu eks-

perimen, ilmuwan menyuntikkan hormon tes-

tosteron pada tikus dan beberapa hewan lain

(testosteron merupakan hormon androgen

utama yang memberikan ciri kelamin jantan), maka

tikus-tikus tersebut berkelahi semakin sering dan

lebih kuat. Sewaktu testosteron dikurangi hewan

tersebut menjadi lembut. Adapun pada wanita

yang sedang mengalami masa haid, kadar hormon

kewanitaan yaitu estrogen dan progresteron

menurun jumlahnya akibatnya banyak wanita

melaporkan bahwa perasaan mereka mudah

tersinggung, gelisah, tegang, dan bermusuhan.

3. Peran Belajar Model Kekerasan

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini

anak-anak dan remaja banyak belajar menyaksikan

adegan kekerasan melalui televisi dan juga

games

atau pun mainan yang bertema kekerasan. Acara-

acara yang menampilan adegan kekerasan hampir

setiap saat dapat ditemui dalam tontonan yang

disajikan di televisi mulai dari film kartun, sinetron,

sampai film laga. Selain itu, ada pula acara-acara TV

yang menyajikan acara khusus perkelahian yang

sangat populer di kalangan remaja.

Walaupun pembawa sering berulang-ulang meng-

ingatkan penonton untuk tidak mencontoh apa yang

mereka saksikan namun diyakini bahwa tontonan

tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan

jiwa penontonnya. Kegiatan menyaksikan perkelahian

dan pembunuhan, meskipun sedikit, pasti akan

menimbulkan rangsangan dan memungkinkan untuk

meniru model kekerasan tersebut.

4. Frustrasi

Frustrasi terjadi jika seseorang terhalang oleh

sesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan,

keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Agresi

merupakan salah satu cara berespons terhadap

frustrasi. Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari

frustrasi yang berhubungan dengan banyaknya waktu

menganggur, keuangan yang pas-pasan, dan adanya

kebutuhan yang harus segera terpenuhi tetapi sulit

sekali tercapai. Akibatnya, mereka menjadi mudah

marah dan berperilaku agresi.

Begitu pula tawuran pelajar yang terjadi

ada kemungkinan faktor frustrasi ini memberi

sumbangan yang cukup berarti pada terjadinya

peristiwa tersebut. Sebagai contoh, banyaknya anak-

anak sekolah yang bosan dengan waktu luang yang

sangat banyak dengan cara nongkrong-nongkrong di

pinggir jalan dan ditambah lagi saling ejek mengejek

yang bermuara pada terjadinya perkelahian. Banyak

juga perkelahian disulut oleh karena frustrasi yang

diakibatkan hampir setiap saat dipalak (diminta

uangnya) oleh anak sekolah lain padahal sebenarnya

uang yang di palak adalah untuk kebutuhan dirinya.

5. Proses Pendisiplinan yang Keliru

Pendidikan disiplin yang otoriter dengan pe-

nerapan yang keras terutama dilakukan dengan

memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan

berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja. Pen-

didikan disiplin seperti itu akan membuat remaja

menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang

lain, dan membenci orang yang memberi hukuman,

kehilangan spontanitas serta inisiatif. Pada akhirnya,

ia melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi

kepada orang lain.

5

Pendidikan

Hubungan dengan lingkungan sosial bergantung

pada kekuasaan dan ketakutan. Siapa yang lebih

berkuasa dapat berbuat sekehendak hatinya.

Adapun yang tidak berkuasa menjadi tunduk. Pola

pendisiplinan tersebut dapat pula menimbulkan

pemberontakan, terutama jika larangan-larangan

yang bersanksi hukuman tidak diimbangi dengan

cara lain yang dapat memenuhi kebutuhan yang

mendasar. Contohnya, anak dilarang untuk keluar

main, tetapi di dalam rumah tidak diperhatikan oleh

kedua orangtuanya karena kesibukan mereka.

Dengan mengetahui faktor penyebab seperti

yang dipaparkan, diharapkan dapat diambil manfaat

bagi para orangtua, pendidik, dan terutama para

remaja sendiri dalam berperilaku dan mendidik

generasi berikutnya agar lebih baik sehingga aksi-

aksi kekerasan baik dalam bentuk agresi verbal

maupun agresi fisik dapat diminimalkan atau bahkan

dihilangkan. Mungkin masih banyak faktor penyebab

lainnya yang belum kami bahas disini. Akhirnya,

kita setidaknya berharap faktor-faktor agresi patut

diwaspadai.

Sumber

:

www.e-psikologi.com

Setelah Anda selesai membaca, hal-hal apa saja yang Anda

tangkap dari bacaan tersebut? Anda dapat menemukan garis besar

pokok bacaan dari setiap paragraf yang akan mengarahkan Anda

mengetahui isi bacaan secara mendalam.

Adapun hal-hal yang terdapat dalam bacaan tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Pada kalangan remaja aksi kekerasan biasa dikenal sebagai

tawuran pelajar/tawuran massal.

2. Pada saat tawuran terjadi, perilaku agresi dari seorang

individu atau kelompok.

3. Agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai

orang lain atau merusak milik orang lain.

4. Faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi pemicu perilaku

agresi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Amarah, merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri

aktivitas sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan

adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat.

b. Faktor biologis, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

perilaku agresi, yaitu:

- Gen yang berpengaruh pada pembentukan sistem

neural otak yang mengatur perilaku;

- Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata

dapat memperkuat atau menghambat sirkuit neural

yang mengendalikan agresi;

- Kimia darah yang dapat memengaruhi perilaku agresi.

5. Televisi dan

games

berperan memberikan pelajaran model

kekerasan kepada anak-anak.

6. Frustrasi, terjadi jika seseorang terhalang oleh sesuatu dalam

mencapai tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan, atau

tindakan tertentu.

7. Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang

keras terutama yang dilakukan dengan memberikan

hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang

buruk bagi remaja.

Setelah Anda memahami faktor-faktor penyebab sikap agresif

tersebut, Anda dapat mengemukakan hal-hal yang menurut Anda

dianggap menarik dengan menggunakan bahasa Anda sendiri. Dalam

hal ini, proses kelancaran Anda dalam menyampaikan dipengaruhi

oleh tingkat pengetahuan dan pemahaman Anda terhadap isi bacaan.

Saat Anda mengemukakan hal-hal yang menarik dari bacaan ter-

sebut, sebaiknya sertakan alasan, misalnya:

6

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

"Hal menarik dari pokok-pokok pikiran yang ada dalam bacaan

tersebut menurut saya adalah faktor-faktor penyebab agresi. Dalam

dunia remaja, faktor-faktor tersebut rentan terjadi. Misalnya, faktor

pendidikan disiplin keras yang salah kaprah, justru menjadi pemicu

remaja untuk bertindak agresif. Hal ini dapat kita jumpai dalam

kehidupan sehari-hari. Memang, mungkin maksud pendidikan disiplin

demikian baik. Namun, bukankah lebih baik jika aspek komunikasi

dari hati ke hati lebih dikedepankan?

1. Bacalah teks dari sebuah buku berikut dengan baik.

2. Selama membaca, cermatilah kalimat-kalimat yang menjadi

bagian pokok dalam setiap paragrafnya.

Prinsip Pengertian Belajar

Pada prinsipnya, belajar itu adalah perubahan.

Dengan demikian, sebagai gambaran yang lebih jelas

lagi, berikut ini akan dikemukakan prinsip-prinsip

yang berhubungan dengan pengertian belajar.

1. Belajar Adalah Memperoleh Perubahan

Tingkah Laku

Perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak

sekali, baik sifatnya maupun jenisnya. Namun, sudah

barang tentu tidak setiap perubahan yang terjadi

pada individu itu merupakan perubahan dalam belajar.

Kalau seorang individu jalannya menjadi pincang,

karena patah kaki, perubahan itu (pincang) bukanlah

perubahan dalam arti belajar. Selain itu, perubahan-

perubahan tingkah laku pada waktu mabuk, tidur,

sakit, perubahan-perubahan yang terjadi dalam aspek

kematangan, pertumbuhan, atau perkembangan tidak

termasuk dalam pengertian perubahan belajar.

Jika demikian halnya, timbul pertanyaan: Apakah

ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar itu?

Ciri-ciri perubahan dalam belajar, antara lain

adalah sebagai berikut.

a. Perubahan yang disadari. Artinya individu yang

belajar, menyadari terjadinya perubahan itu atau

tidaknya individu merasakan terjadinya suatu

perubahan dalam dirinya. Misalnya, individu me-

nyadari bahwa pengetahuannya, keterampilannya,

atau sikapnya berubah/bertambah.

b. Perubahan itu bersifat kontinyu dan fungsional.

Artinya, perubahan itu merupakan perubahan yang

berlangsung terus-menerus atau dinamis. Suatu

perubahan yang akan menyebabkan perubahan

yang berikutnya dan bersifat fungsional, yaitu

perubahan-perubahan yang terjadi itu berguna

bagi kehidupan individu dan bagi proses belajar

berikutnya. Misalnya, jika seorang anak menulis,

Kaidah

Bahasa

Perhatikanlah kalimat berikut yang ada dalam teks bacaan

tersebut.

Hubungan dengan lingkungan sosial tergantung kekuasaan

dan ketakutan. Siapa yang lebih berkuasa dapat berbuat sekehendak

hatinya. Adapun yang tidak berkuasa menjadi tunduk

....

Seperti halnya ungkapan idiomatik

sehubungan dengan

atau

terdiri atas

, ungkapan idiomatik yang benar bukanlah

tergantung

. Dalam konteks bacaan tersebut, harus digunakan

bergantung

yang berpasangan dengan kata

pada

sehingga

menjadi

bergantung pada

. Dengan demikian, perbaikannya

sebagai berikut.

Hubungan dengan lingkungan sosial bergantung pada

kekuasaan dan ketakutan. Siapa yang lebih berkuasa dapat

berbuat sekehendak hatinya. Adapun yang tidak berkuasa

menjadi tunduk

....

Uji

Materi

7

Pendidikan

Sumber

:

Majalah Tempo

, September 2006

perubahan karena belajar. Hal ini sebab perubahan

tersebut selain tidak disadari, juga bersifat pasif,

negatif, tidak fungsional, dan momental.

f.

Perubahan yang bertujuan atau terarah. Artinya,

terjadi perubahan tersebut karena adanya tujuan

yang ingin dicapai.

Jadi, perubahan belajar terarah

kepada tujuan yang jelas dan disadari.

2. Hasil Belajar Ditandai dengan Perubahan

Seluruh Aspek Tingkah Laku

Perubahan yang diperoleh oleh individu setelah

melalui proses belajar adalah perubahan dalam ke-

seluruhan tingkah laku secara integral. Jadi, tidak

hanya pada satu aspek, misalnya aspek motorik

atau aspek kognitif. Jika seseorang individu itu telah

belajar sesuatu, dia akan menjalani perubahan secara

menyeluruh dan integral, baik sikapnya, kebiasaannya,

keterampilan, maupun pengetahuannya. Meskipun

demikian, tentu saja ada salah satu aspek yang lebih

dominan dari pada aspek yang lainnya.

3. Belajar Adalah suatu Proses

Belajar bukan suatu tujuan atau benda, tetapi

belajar adalah suatu proses kegiatan untuk men-

capai tujuan. Pengertian proses lebih bersifat

merupakan "cara" mencapai tujuan atau benda. Jadi,

ini merupakan langkah-langkah atau prosedur yang

ditempuh. Di dalam proses belajar, setiap kegiatan

saling berinteraksi atau saling memengaruhi.

4. Proses Belajar Terjadi karena Adanya

Dorongan dan Tujuan yang Dicapai

Belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan individu.

Setiap kegiatan individu akan terjadi jika ada faktor

pendorong, yaitu motif dan faktor tujuan yang ingin

dicapai.

Belajar terjadi karena ada kebutuhan dalam

diri individu dan tertuju pada pencapaian pemenuhan

kebutuhan sebagai tujuan. Jadi, suatu proses belajar

akan mencapai hasil yang sebaik-baiknya jika ada

dorongan yang besar dan tujuan yang jelas.

5. Belajar Merupakan Bentuk Pengalaman

Pengalaman diperoleh berkat interaksi antara

individu dan lingkungan. Pengalaman merupakan sumber

pengetahuan dan keterampilan bersifat pendidikan,

yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan pelajar.

Pengalaman pendidikan bersifat kontinyu dan interaktif

membantu integrasi pribadi pelajar.

Sumber

:

Buku Pengantar Psikologi,

1992

perubahan yang terjadi karena belajar ini antara

lain, ia akan terampil menulis. Keterampilan

menulis ini akan berlangsung terus menerus

hingga keterampilan menulis itu menjadi lebih baik

dan sempurna dan dapat memperoleh kecakapan

lainnya, misalnya menulis surat, menulis pelajaran,

mengerjakan soal-soal hitungan, dan sebagainya.

c. Perubahan yang bersifat positif dan aktif.

Perubahan yang bersifat positif ialah perubahan

itu senantiasa bertambah dari perubahan hasil

belajar yang telah diperoleh sebelumnya. Juga

perubahan itu tertuju untuk memperoleh

sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

Semakin banyak usaha belajar akan semakin

banyak perubahan yang diperoleh dan makin

baik. Perubahan bersifat aktif, artinya perubahan

itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi karena

usaha dari individu itu sendiri. Perubahan yang

terjadi karena bukan usaha individu, itu tidak

termasuk perubahan dalam arti belajar.

d. Perubahan yang bukan bersifat momental

dan bukan karena proses kematangan, per-

tumbuhan dan perkembangan. P

erubahan yang

bersifat momental artinya, perubahan yang terjadi

sewaktu-waktu atau kebetulan. Misalnya, keluar

air mata, bersin, keluar keringat dan sebagainya.

Sedangkan perubahan dalam proses kematangan

atau perkembangan terjadi dengan sendirinya

karena dorongan dari dalam, perubahan dalam

pengertian belajar terjadi karena dorongan dari

luar dan disengaja.

e. Perubahan yang bukan karena pengaruh obat-

obatan atau penyakit tertentu. P

erubahan tingkah

laku karena alkohol misalnya, atau karena penyakit,

mabuk, dan lain sebagainya, tidak dapat dikatakan

3. Jika perlu, Anda dapat kembali mencatat hal-hal penting yang

ada dalam bacaan.

4. Kemukakanlah hasil membaca yang Anda peroleh dengan meng-

gunakan bahasa Anda sendiri di hadapan teman kelompok.

5. Selama teman kelompok Anda mengungkapkan isi teks, lakukanlah

penilaian dengan tabel berikut.

8

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

Membaca Paragraf Induktif

dan Deduktif

B

Tabel 1.1

Penilaian Penyampaian Topik

Aspek yang Dinilai

1. Kesesuaian penjelasan tentang isi teks

2. Penggunaan bahasa pengungkapan

3. Keruntutan penjelasan

4. Gerak tubuh yang mendukung

Penilaian

Keterangan

Ya

Tidak

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menemukan

kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf. Anda pun

diharapkan dapat menemukan kalimat penjelas yang mengandung

gagasan utama. Pada akhirnya, Anda dapat menemukan ciri

paragraf induktif dan induktif. Selanjutnya, Anda diharapkan dapat

mengidentifikasi paragraf induktif dan deduktif. Untuk mendukung

pelajaran ini, Anda hendaknya dapat menerapkan frase nominal

dalam penulisan paragraf induktif dan deduktif.

"

Scribo ergo sum

" yang artinya, dengan menulis maka engkau

ada.' Apakah sempat terpikir oleh Anda bagaimana para penulis

atau pengarang mengawali dunia menulisnya? Mereka berangkat

dari latihan dasar menulis. Kemudian, mereka melatih keterampilan

menulisnya dengan mengembangkan beragam gagasan. Tidak ada

kata menyerah untuk mulai menulis.

Pada bagian A, Anda telah membaca teks yang berisi masalah

sikap agresif pada remaja dan psikologi belajar. Dalam teks tersebut,

Anda menemukan beberapa paragraf yang memuat kesatuan kalimat

utama dan kalimat penjelas. Contohnya dalam penjelasan berikut.

Kalimat utama

:

Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat

memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan

agresi.

Kalimat penjela

s:

1. Pada hewan sederhana, marah dapat dihambat atau ditingkatkan

dengan merangsang sistem limbik (daerah yang menimbul

kan

kenikmatan pada manusia) sehingga muncul hubungan timbal

balik antara kenikmatan dan kekejaman.

2. Orang yang berorientasi pada kenikmatan akan sedikit

melakukan agresi, sedangkan orang yang tidak pernah

mengalami kesenangan, kegembiraan, atau santai cenderung

untuk melakukan kekejaman dan penghancuran (agresi).

3. Keinginan yang kuat untuk menghancurkan disebabkan oleh

ketidakmampuan untuk menikmati sesuatu hal yang disebabkan

cedera otak karena kurang rangsangan sewaktu bayi.

9

Pendidikan

Kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut tergabung

dalam kelompok yang saling berhubungan sejalan dengan pikiran

utama paragraf. Kalimat utama dari paragraf tersebut adalah

hubungan pengaruh otak dan sikap agresi.

Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa paragraf me-

rupakan sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan bersama-

sama menjelaskan satu inti buah pikiran. Dalam hal ini, kesatuan

tersebut mendukung buah pikiran yang lebih besar.

Paragraf dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Jenis

berdasarkan letak kalimat utama terdiri atas paragraf deduktif dan

paragraf induktif.

1. Paragraf Deduktif

Perhatikan contoh paragraf berikut.

Frustrasi terjadi jika seseorang terhalang oleh

suatu hal dalam mencapai tujuan, kebutuhan, keinginan,

pengharapan, atau tindakan tertentu

.

Agresi merupakan salah

satu cara berespons terhadap frustrasi. Remaja miskin yang nakal

adalah akibat dari frustrasi yang berhubungan dengan banyaknya

waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan, dan adanya kebutuhan

yang harus segera terpenuhi tetapi sulit sekali tercapai. Akibatnya,

mereka menjadi mudah marah dan berperilaku agresif.

Kalimat utama dalam kalimat ini terletak pada awal paragraf.

Hal yang menjadi pikiran utama dalam paragraf tersebut adalah frustasi

sebagai penyebab agresi. Kalimat-kalimat selanjutnya kemudian

bertugas sebagai penjelas dengan mendukung kalimat pertama.

2. Paragraf Induktif

Perhatikan contoh paragraf berikut.

Faktor penyebab seperti yang dipaparkan, diharapkan dapat

bermanfaat bagi para orangtua, pendidik, dan terutama para remaja

sendiri dalam berperilaku dan mendidik generasi berikutnya agar

lebih baik. Dengan demikian, aksi-aksi kekerasan baik dalam bentuk

agresi verbal maupun agresi fisik dapat diminimalkan atau bahkan

dihilangkan. Mungkin masih banyak faktor penyebab lainnya yang

belum dibahas di sini.

Akhirnya, kita setidaknya berharap

bahwa faktor-faktor agresi patut diwaspadai

.

Sumber

:

Dokumentasi pribadi

Gambar 1.1

Buku seperti ini dapat membantu

Anda dalam memahami teori

pengembangan paragraf.

Paragraf tersebut adalah paragraf yang kalimat utamanya berada

pada bagian akhir. Biasanya, kalimat utama pada paragraf induktif

menggunakan konjungsi penyimpul antarkalimat, seperti

jadi

,

maka

,

dengan demikian

,

akhirnya

, atau

oleh karena itu

. Akan tetapi, hal ini

bukan hal yang mutlak sebab ada juga kalimat utama dalam paragraf

induktif yang tidak perlu didahului konjungsi.

10

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

Info

Bahasa

Frasa Nominal

Dalam teks yang Anda baca mengenai sikap agresi, terdapat

kalimat berikut.

Remaja miskin yang nakal merupakan akibat dari frustrasi

yang berhubungan dengan banyaknya waktu menganggur,

keuangan yang pas-pasan, dan adanya kebutuhan yang harus

segera terpenuhi

.

Kalimat tersebut mengandung frasa nominal. Saat membaca

paragraf induktif dan deduktif, Anda dapat menganalisis frasa

nominal. Berikut ini penjelasan mengenai frasa nominal.

Sebuah nomina (kata benda) seperti

buku

, dapat diperluas ke

kiri atau ke kanan. Perluasan ke kiri dilakukan dengan meletakkan,

misalnya, kata penggolongnya tepat di depannya dan kemudian

didahului lagi oleh numeralia. Berikut ini contohnya.

Pada frasa-frasa tersebut, yang menjadi inti adalah

buku

,

mangga

,

burung

,

kawan

, dan

telur

. Letak pewatasnya tetap, artinya

urutannya tidak dapat diubah. Pewatas yang terletak sebelum inti

dinamakan pewatas depan. Jadi,

dua buah

,

tiap buah

,

lima ekor

,

seorang

, dan

beberapa butir

adalah pewatas depan.

Jika tidak ada pewatas lainnya, pewatas depan kadang-kadang

ditempatkan pula sesudah ini.

Contoh:

buku tiga buah

burung tiga ekor

telur beberapa butir

Inti dapat pula diperluas ke kanan. Perluasan ke kanan itu

mempunyai bermacam-macam bentuk dengan mengikuti kaidah

berikut.

1. Suatu inti dapat diikuti oleh satu nomina lain atau lebih.

Rangkaian itu kemudian ditutup dengan salah satu pronomina

persona dan oleh pronomina penunjuk

itu

atau

ini

. Namun,

setiap nomina hanya menerangkan nomina sebelumnya.

Perhatikan contoh berikut dengan arah modifikasinya.

buku sejarah kebudayaan Indonesia, saya ini/itu

Pengertian frasa itu dapat dirunut melalui pertanyaan dan

jawaban yang berikut.

Itu apa

? —

Buku

Buku apa

? —

Buku sejarah

Sejarah apa

? —

Sejarah kebudayaan

Kebudayaan mana

? —

Kebudayaan Indonesia

dua

tiap

lima

se-

beberapa

buah

buah

ekor

orang

butir

buku

mangga

burung

kawan

telur

Nomina

Penggolong

Numeralia

Sumber

:

Dokumentasi pribadi

Anda dapat mengenal tata bahasa

Indonesia jika membaca buku ini.

11

Pendidikan

Dengan demikian, jelaslah bahwa

sejarah

hanya menerang-

kan nomina yang di depannya, yakni

buku

;

kebudayaan

hanya

menerangkan

sejarah

; dan

Indonesia

hanya menerangkan

kebudayaan

.

2. Suatu inti dapat diikuti oleh adjektiva, pronomina, atau frasa

pemilikan dan kemudian ditutup dengan pronomina penunjuk

ini

atau

itu

. Contoh:

a.

baju

b.

baju merah

c.

baju merah saya

baju merah adik saya

d.

baju merah saya ini

baju merah saya itu

baju merah adik saya ini

baju merah adik saya itu

a.

rumah

b.

rumah mewah

c.

rumah mewah mereka

rumah mewah anak mereka

d.

rumah mewah mereka ini

rumah mewah mereka itu

rumah mewah anak mereka ini

rumah mewah anak mereka itu

Urutan seperti ini biasanya tetap. Pembalikan urutan akan

menimbulkan perubahan arti.

3. Jika suatu nomina diikuti oleh ajektiva dan tidak ada pewatas

lain yang mengikutinya, kata

yang

dapat disisipkan.

Contoh:

orang malas

orang yang malas

anak nakal

anak yang nakal

4. Suatu inti dapat diikuti verba tertentu yang pada hakikatnya

dapat dipisahkan oleh

yang

,

untuk

, atau unsur yang lain.

Contoh

ban berjalan

ban yang berjalan

kewajiban bekerja

kewajiban untuk bekerja

5. Suatu inti dapat pula diluaskan dengan aposisi, yaitu frasa

nominal yang mempunyai acuan yang sama dengan nomina

yang diterangkannya. Misalnya, frasa

Indonesia

,

negara kami

yang tercinta

, adalah frasa dengan aposisi.

6. Suatu inti dapat diperluas dengan pewatas belakang, yakni

klausa yang dimulai dengan

yang

.

Contoh:

Siswa yang mempunyai prestasi membanggakan

.

1. Bacalah teks berikut dengan cermat.

2. Perhatikanlah mana yang termasuk paragraf deduktif atau induktif.

3. Selain itu, carilah mana kalimat yang mengandung frasa

nominal.

Sumber

:

Dokumentasi pribadi

Pembelajaran kebahasaan dapat

Anda pelajari dalam ilmu Linguistik.

Uji

Materi

12

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

Cara Belajar Individu

Oleh Sholihin Permana Putra

Setiap individu adalah unik. Artinya, ia me-

miliki perbedaan antara yang satu dan yang lain.

Perbedaan itu bermacam-macam, mulai dari per-

bedaan fisik, pola berpikir, sampai cara merespons

atau mempelajari hal baru. Dalam hal belajar, tiap-

tiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan

dalam menyerap pelajaran.

Dalam dunia pendidikan dikenal berbagai me-

tode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan

individu. Di negara maju sistem pendidikan bahkan

dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat bebas

memilih pola pendidikan yang sesuai karakteristik

dirinya. Di Indonesia, kita seringkali mendengar keluhan

dari orangtua yang merasa sudah melakukan berbagai

cara untuk membuat anaknya menjadi "pintar".

Orangtua berlomba menyekolahkan anaknya

ke sekolah terbaik. Si anak diikutkan dalam kursus

atau les privat, yang terkadang menyita habis waktu.

Namun, usaha itu seringkali tidak membuahkan hasil

seperti yang diharapkan, bahkan justru menimbulkan

masalah bagi anak dan remaja.

Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa anak-

anak tidak kunjung pintar? Salah satu faktor penyebab-

nya ketidaksesuaian cara belajar sang anak dengan

metode belajar yang diterapkan dalam pendidikannya.

Cara belajar itu, kombinasi dari bagaimana individu

menyerap, mengatur, dan mengelola informasi.

Otak Pusat Belajar

berasal dari pancaindra. Perilaku yang dikembangkan

bagian ini untuk mempertahankan hidup.

Di sekeliling batang otak terdapat sistem limbik

yang berfungsi menyimpan perasaan, pengalaman

yang menyenangkan, memori dan kemampuan belajar.

Sistem ini juga mengatur bioritme tubuh seperti pola

tidur, lapar, haus, tekanan darah, jantung, gairah seksual,

temperatur, kimia tubuh, metabolisme, dan sistem

kekebalan.

Sistem limbik adalah panel kontrol dalam peng-

gunaan informasi dari indra penglihatan, pendengaran,

sensasi tubuh, perabaan, penciuman sebagai input yang

kemudian informasi disampaikan ke pemikir dalam

otak yaitu neokorteks.

Neokorteks adalah tempat bersemayamnya

pusat kecerdasan manusia. Bagian inilah yang

mengatur pesan yang diterima melalui penglihatan,

pendengaran dan sensasi tubuh manusia. Pr

oses

penalaran, berpikir intelektual, pembuatan keputusan,

perilaku normal, bahasa, kendali motorik sadar, dan

gagasan nonverbal. Dalam neokorteks ini, kecerdasan

lebih tinggi berada, di antaranya linguistik, mate-

matika, spasial/visual, kinestetik/perasa, musikal, dan

interpersonal.

Karakteristik Cara Belajar

Berdasarkan kemampuan otak, cara belajar

individu dapat dibagi dalam tiga kategori. Ketiga ka-

tegori itu cara belajar visual, auditorial, dan kinestetik

yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. P

enga-

tegorian ini tidak berarti, individu hanya yang me-

miliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu

sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar

yang lain.

Dengan kata lain, jika sang individu menemukan

metode belajar sesuai karakteristik dirinya, akan

cepat ia menjadi "pintar". Dengan demikian, kursus

atau les privat intensif tidak diperlukan lagi.

Ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik

cara belajar adalah sebagai berikut.

1. Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar

visual individu, yang memiliki kemampuan belajar

visual yang baik. Hal tersebut ditandai ciri-ciri

berdasarkan asosiasi visual, memiliki kemampuan

mengeja huruf dengan sangat baik; biasanya tidak

mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik

ketika sedang belajar; merupakan pembaca yang

cepat dan tekun; lebih suka membaca daripada

dibacakan; membutuhkan penjelasan menyeluruh

tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan;

dan lebih suka mendemonstrasikan sesuatu dari-

pada berpidato/berceramah.

2. Karakteristik perilaku individu dengan cara

belajar auditorial individu yang memiliki ke-

mampuan belajar auditorial yang baik. Ini di-

tandai ciri-ciri perilaku mudah terganggu oleh

keributan, lebih senang mendengarkan daripada

Sumber

:

www.images.google.com

Otak manusia merupakan kumpulan massa

protoplasma yang paling kompleks yang ada di alam

semesta. Satu-satunya organ yang dapat mempelajari

dirinya dan jika dirawat baik dalam lingkungan yang

menimbulkan

rangsangan memadai. Otak dapat ber-

fungsi aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun.

Otak inilah yang menjadi pusat belajar sehingga

harus dijaga baik seumur hidup agar terhindar dari

kerusakan.

Menurut MacLean, otak manusia memiliki

tiga bagian dasar yang seluruhnya dikenal sebagai

triune brain/three

in one brain

. Bagian pertama, batang

otak, bagian kedua sistem limbik dan yang ketiga

neokorteks. Batang otak bertanggung jawab atas

fungsi motorik-sensorik-pengetahuan fisik yang

13

Pendidikan

yang menyibukkan (secara fisik).

Dengan melihat cara belajar yang paling menonjol

dari diri seseorang, orang tua yang bersangkutan

(yang sudah memiliki pemahaman yang cukup

tentang karakter cara belajar dirinya), diharapkan

ini dapat bertindak secara arif dan bijaksana dalam

memilih metode belajar yang sesuai.

Bagi remaja yang sulit belajar, cobalah mulai

merenungkan dan mengingat-ingat apa karakteristik

belajar Anda yang paling efektif. Setelah itu, cobalah

membuat rencana atau persiapan yang merupakan

kiat belajar Anda, sehingga dapat mendukung agar

kemampuan dapat dikembangkan. Salah satu cara yang

bisa digunakan dengan memanfaatkan berbagai media

pendidikan seperti

tape

recorder

, video, atau gambar.

Sumber

:

Pikiran Rakyat

, 9 Januari 2005

membaca, jika membaca lebih senang membaca

dengan suara keras, berbicara fasih, lebih me-

nyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya,

belajar mendengarkan dan mengingat apa yang

didiskusikan daripada apa yang dilihat, berdiskusi

dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.

3. Karakteristik perilaku individu dengan cara belajar

kinestetik individu yang memiliki kemampuan

belajar kinestetik yang baik, ditandai ciri-ciri peri-

laku berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan

orang lain, belajar melalui praktik langsung atau

manipulasi menghafalkan sesuatu dengan cara

berjalan atau melihat langsung, menggunakan

jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika

membaca, banyak menggunakan bahasa tubuh

(nonverbal), tidak dapat duduk diam di suatu

tempat, sulit membaca peta, menyukai kegiatan

4. Tentukanlah apakah setiap paragraf mengandung pola deduktif

atau induktif.

Tabel 1.2

Paragraf Deduktif dan Induktif

1

2

3

4

5

dst.

................................................................

................................................................

................................................................

................................................................

................................................................

................................................................

................................................................

................................................................

................................................................

................................................................

Paragraf Induktif

Paragraf Deduktif

Paragraf ke-

5. Tuliskan pula kalimat-kalimat yang mengandung frasa nominal.

Diskusikan dengan teman-teman Anda.

Menulis Daftar Pustaka

dan Catatan Kaki

C

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menentukan topik

atau gagasan yang akan dikembangkan dalam karya tulis (berdasarkan

pengamatan atau penelitian). Anda pun diharapkan dapat menyusun

kerangka karya tulis dengan dilengkapi daftar pustaka dan catatan

kaki. Selanjutnya, Anda dituntut untuk menyunting karya tulis yang

dilengkapi daftar pustaka dan catatan kaki karya sendiri atau karya

teman berdasarkan struktur kalimat dan ejaan yang disempurnakan.

Apa jadinya dunia jika karya ilmiah tidak ada? Dengan karya

ilmiah, kita dapat mengetahui karya tulis orang lain sekaligus

menghargai

karya tulis orang lain. Ada beragam sumber rujukan yang

dapat diambil dari penge

tahuannya. Selain itu, memahami dan mengenal

sumber rujukan akan membawa Anda dalam keyakinan bahwa ilmu terus

berkembang. Oleh sebab itu, kita menjaga dan mengembangkannya

dengan menulis.

14

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

Yogaswara, Yogi. 2000.

Teknik Menulis Cerita Anak

. Bandung.

CV Aneka.

2) Jika penulisnya dua atau tiga orang, nama penulis pertama

ditulis terbalik, sedangkan yang lainnya tetap. Contoh:

Warsidi, Edi dan Eriyandi Budiman. 1999.

Teknik Menulis

Naskah Film untuk Anak-Anak

. Bandung: Katarsis.

1. Daftar Pustaka

Daftar pustaka dikenal juga sebagai referensi, bibliografi,

sumber acuan, atau sumber rujukan. Daftar pustaka adalah susunan

sumber informasi yang umumnya berasal dari sumber tertulis

berupa buku-buku, makalah, karangan di surat kabar, majalah, dan

sejenisnya. Semua sumber bacaan itu berhubungan erat dengan

karangan yang ditulis.

Daftar pustaka ditempatkan pada bagian akhir karangan dan

ditulis pada halaman tersendiri. Daftar pustaka disusun berdasarkan

urutan abjad nama penulis (alfabetis) dan tidak menggunakan

nomor urut.

Ketentuan penulisannya sebagai berikut.

a. Buku

1) Jika penulisnya satu orang, penulisan nama belakang

penulisnya (jika terdiri atas dua kata atau lebih) dipindahkan

ke depan. Misalnya,

Yo g i

Yogaswara

menjadi

Yogaswara

,

Yo g i

.

Contoh:

3) Jika penulisnya lebih dari tiga orang, hanya satu orang

yang dituliskan, kemudian ditambah keterangan

dkk

. (

dan

kawan

-

kawan

). Contoh:

Sugono, Dendy dkk. 2003.

Kamus Bahasa Indonesia

Sekolah Dasar

. Jakarta: Gramedia.

4) Jika beberapa buku dari penulis yang sama kita rujuk,

urutan daftar pustaka tidak mengulang nama penulisnya.

Pada urutan kedua dan selanjutnya, nama penulis diganti

dengan garis delapan ketukan. Contoh:

Ismail, Taufiq (ed.) dkk, 2002.

Horison Sastra

Indonesia 1, Kitab Puisi

. Jakarta: Horison & The

Ford Foundation.

––––––––, 2002.

Horison Sastra Indonesia 2:, Kitab

Cerpen

. Jakarta:

Horison & The Ford Foundation.

5) Jika tahun terbit tidak dicantumkan, tahun terbitnya diganti

dengan tulisan

tanpa tahun

(tt). Contoh:

Maulana, Dodi. tanpa tahun.

Beternak Unggas

. Bandung: CV

Permata.

b. Surat Kabar

1) Jika berupa berita, urutannya yaitu nama koran (dicetak

miring) dan penanggalan. Contoh:

Sumber

:

Dokumentasi pribadi

Gambar 1.2

Buku tersebut dapat disajikan salah

satu sumber daftar pustaka.

15

Pendidikan

Kompas

(harian). Jakarta, 20 Februari 2005.

Kedaulatan Rakyat

(harian). Yogyakarta, 15 Maret 2005.

2) Jika berupa artikel urutannya yaitu nama penulis (seperti

pada buku), tahun terbit, judul artikel (diapit tanda petik

dua), nama koran, tanggal terbit. Contoh:

Saptaatmaja, Tom S. 2005. "Imlek, Momentum Untuk

Rekonsiliasi."

Koran Tempo

, 11 Maret 2005.

c. Majalah

Sama dengan surat kabar, tetapi di belakang nama majalah

ditambahkan nomor edisi. Contoh:

Kleiden, Ignas. 2005. "Politik Perubahan Tanpa Perubahan

Politik."

Tempo

No. 50 tahun XXXIII.

d. Lembaran Kerja dari Lembaga Tertentu

Contoh:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990.

Pedoman

Surat Dinas

. Jakarta: P3B.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003.

Kurikulum 2004:

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Ibtidaiyah

.

Jakarta.

e. Makalah yang Tidak Diterbitkan

Setelah kota tempat penulisan, tidak terdapat nama penerbit.

Contoh:

M.I. Sulaeman. (1985).

Suatu Upaya Pendekatan Fenomenologis

Situasi Kehidupan dan Pendidikan dalam Keluarga dan

Sekolah

. Disertasi Doktor FPS, IKIP Bandung: tidak

diterbitkan.

Berikut ini contoh daftar pustaka yang ada dalam sebuah buku.

Ali, Lukman. 1989.

Berbahasa Baik dan Berbahasa dengan

Baik

. Bandung: Angkasa.

Arifin, E. Zaenal. 1985. "Perihal Surat-menyurat Resmi

Indonesia Baru". Bahan Ceramah Penataran Tenaga

Administrasi Universitas Indonesia. Jakarta: tidak

diterbitkan.

________. 1986. "Ejaan Bahasa Indonesia yang Di-

sempurnakan". Bahan Ceramah Pusdiklat RRI,

Departemen Penerangan. Jakarta: tidak diterbitkan.

________. 1987. "Struktur Bahasa Indonesia: Kata

dan Kalimat". Bahan Ceramah Penataran Bahasa

Indonesia, Badan Tenaga Atom Nasional. Jakarta:

tidak diterbitkan.

Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 1990.

Cermat

Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

. Cetakan

IV. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

Sumber

:

Dokumentasi pribadi

Gambar 1.3

Sumber daftar pustaka dapat

diperoleh dari media massa.

16

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

________. 1989.

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat

Dinas

. Cetakan IV. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

________. 1990.

Penulisan Karangan Ilmiah dengan Bahasa

Indonesia yang Benar

. Cetakan III. Jakarta: Mediyatama

Sarana Perkasa.

Badudu, J.S. 1979.

Pelik-Pelik Bahasa Indonesia

. Cetakan IX.

Bandung: Pustaka Prima.

________. 1980.

Membina Bahasa Indonesia Baku. Seri I

.

Bandung: Pustaka Prinia.

________. 1980.

Membina Bahasa Indonesia Baku. Seri 2.

Bandung: Pustaka Prima.

________. 1983.

Inilah Bahasa Indonesia yang Benar

. Jakarta:

Gramedia.

Effendi, S. 1980. "Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Penulisan

Karangan Ilmiah Populer".

Majalah Pengajaran Bahasa dan

Sastra

Tahun VI Nomor 6. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa.

Hadi, Farid. 1981. "Kesalahan Tata Bahasa". Bahan Ceramah

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta:

tidak diterbitkan.

Hakim, Lukman dkk. 1978. "Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan".

Seri Penyuluhan 9

. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Halim, Amran. 1980. "Bahasa Indonesia Baku".

Majalah

Pengajaran Bahasa dan Sastra

Tahun VI Nomor 4. Jakarta:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Keraf, Gorys. 1980.

Komposisi

. Ende-FIores: Nusa Indah.

Koentjaraningrat 1974.

Kebudayaan, Mentalilet, dan Pembangunan

.

Jakarta: Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 1975. "Beberapa Ciri Bahasa Indonesia

Standar".

Majalah Pengajaran Bahasa dan Sastra

Tahun I

Nomor 1. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa.

Moeliono, Anton M. 1980. "Bahasa Indonesia dan Ragam-

ragamnya: Sebuah Pengantar".

Majalah Pembinaan Bahasa

Indonesia

Jilid I Nomor 1. Jakarta: Bhratara.

________. 1982. "Diksi atau Pilihan Kata: Suatu Spesifikasi di

Dalam Kosakata".

Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia

Jilid III Nomor 3. Jakarta: Bhratara.

________. 1989.

Kembara Bahasa

. Jakarta: Gramedia.

B. Catatan Kaki

Karya tulis ilmiah membutuhkan dokumentasi untuk memudah-

kan penulis menyatakan serta mengakui jasa para penulis lainnya.

Selain itu, dokumentasi ini bertujuan agar para pembaca menguji

atau memeriksa sumber informasi. Dokumentasi ini biasanya

berbentuk catatan kaki.

Walaupun suatu catatan kaki dapat saja menambahi komentar dan

penjelasan, haruslah kita ingat benar-benar bahwa fungsi utamanya

adalah memberikan informasi mengenai suatu sumber.

Berikut ini contoh catatan kaki. Lihatlah penempatannya dalam

halaman.

17

Pendidikan

a.

Goal-seaking

(tingkah laku individu terarah kepada suatu

tujuan tertentu).

b.

Mind

(substansi kualitatif yang berbeda dengan jasmaniah).

c.

Drive

(tenaga pendorong dari dalam diri individu atau dalam

pengertian yang lebih luas sering disebut

motive

).

54

Aspek-aspek tersebut memungkinkan adanya dinamisasi

proses belajar dalam diri individu. Menurut Cronbach

53

, proses

belajar itu akan terjadi pada diri individu apabila ada langkah-

langkah atau aspek-aspek sebagai berikut.

1. Tujuan (

Goal

)

Perbuatan belajar akan terjadi apabila ada tujuan yang akan

dicapai.

2. Kesiapan (

Readiness

)

Kesiapan dalam proses belajar merupakan suatu hal yang

esensien.

53

Skinner, Charles E., Essential Of Education Psychology, American Company

Ltd., Tokyo, Japan, 1958, p.,7.

54

Cronbach, L.E.,

op.cit.

, p.p., 48–52

1

Erich Fromm, The Art of Loving (New York: Harper & Row,

1956), p. 23.

Haruslah diperhatikan benar-benar bahwa tidak ada tanda baca

mendahului tanda kurung buka, tetapi terdapat koma setelah tanda

kurung tutup. Seperti juga halnya dengan kalimat, catatan kaki mulai

dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik.

Bagi artikel, bentuk sama saja, tetapi terdapat perbedaan penting.

b. Artikel

(1) Data pengarang

Nama pertama, nama tengah, nama akhir, koma.

(2) Data artikel/publikasi

Tanda kutip buka, judul artikel, koma, tanda kutip tutup,

judul penerbitan digarisbawahi, koma, hari, bulan (disingkat

kalau lebih dari lima huruf), koma, tahun, koma.

(3) Data halaman

Singkatan

p

. atau

pp

., angka, titik.

Contoh:

Jika bahan tulisan diambil dari sebuah buku, ikutilah bentuk

berikut.

a. Buku

(1) Data pengarang

Nama pertama, nama tengah, nama akhir, koma.

(2) Data buku

Judul buku digarisbawahi (dicetak miring), tanda kurung buka,

tempat penerbitan, titik dua, penerbit, koma, tahun penerbitan,

tanda kurung tutup, koma.

(3) Data halaman

Ringkasan

p

. atau

pp

., angka, titik.

Contoh:

2

Stuart Baur, "First Message from the Planet of the Apes",

New Yorker

, 24 Feb. 1975, pp. 30—37.

Sumber

:

Dokumentasi pribadi

Gambar 1.4

Sumber catatan kaki dapat berasal

dari teks dalam buku.

18

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

Perlu dicatat bahwa dalam catatan kaki tersebut dipakai bentuk

penanggalan militer; urutannya adalah

hari

bulan

tahun

, bukan

urutan

bulan

hari

tahun

seperti yang biasa dipergunakan masyarakat

umum. Juga, pada data tersebut tidak dicantumkan nomor jilid karena

majalah-majalah populer diterbitkan berdasarkan tahun kalender

dan dijilid di perpustakaan berdasarkan hal itu.

Berikut ini beberapa contoh bagi sumber-sumber lainnya yang

mungkin kita temui.

a. Artikel dalam Koran

3

"College Hunt",

New York Times

, 11 May 1975, p.29, col. 1.

(

Catatan

: tidak ada pengarang; col = kolom).

4

Mitchell C. Lynch, "Shaking up the G-Men",

Wall Street

Journal

, 15 May 1975, p.14, cols. 4-6.

b. Artikel dalam Jurnal

6

Zellig S. Harris, "Discourse Analysis",

in

The Structure of

Language

, eds Jerry A. Fodor and Jerrold J. Katz (Englewood

Cliffs, N.J.: Prentice Hall, 1964), pp. 355–83.

(

Catatan

: eds = editors; karena Englewood Cliffs tidak begitu

terkenal, diikuti oleh singkatan negara bagian).

d. Artikel dalam Majalah Mingguan

7

Roger Angell "The Sporting Scence (Baseball)",

New Yorker

,14

April 1975, pp. 90–95).

8

"Year of the Ear",

Newsweek

, 19 May 1975, p.93.

(

Catatan

: Pengarang tidak disebut).

e. Artikel dalam Majalah Bulanan

9

Betsy Langman and Alexander Cockburn, "Sirhan’s Gun".

Harper’s

, Jan. 1975, pp. 16–27

s

Carl F. Strauch, "Kings in the Black Row: Meaning Through

Structure — A Reading of Salinger’s

The Catcher in the Rye

,

"

Wisconsin Studies in Cuntemporary Literature, 2

(Winter 1961), 5-

30.

(

Catatan

: Judul buku dalam judul artikel ini digarisbawahi; nomor

jilid jurnal ditempatkan sebelum tanggal; kalau nomor jilid disertakan,

tidak digunakan singkatan; tanggal ditempatkan dalam tanda kurung).

c. Artikel dalam Koleksi

Sumber

:

Dokumentasi pribadi

Gambar 1.5

Artikel dalam koran dapat menjadi

salah satu sumber catatan kaki.

(

Catatan

: Pengarang dua orang).

19

Pendidikan

10

Hans P. Guth, Words and Ideas,

3 rd

ed. (Belmont, Calif.:

Wadsworth, 1969), pp. 326–36.

Buku, edisi suntingan

:

11

William Makepeac Thackeray,

Vanity Fair

:

A Novel Without a

Hero

, eds. Geoffrey and Kathleen Tellotson (Boston: Houghton

Mifflin, 1963), p. 89.

g. Buku Terjemahan

12

Miguel de Cervantes,

Don Quixote

, trans. J.M. Cohen

(Harmondsworth, Middlesex: Penguin Books, 1950), p. 916.

h. Buku, Pengarang Dua Orang

13

Christopher Jencks and David Riesman,

The Academic

Revolution

(New York: Doubleday, 1968), pp. 55–59.

i. Laporan Komisi

14

U.S. Commission on Civil Rights,

The Exluded Student

:

Educational Practics Affecting Mexican-Americans in the Southwest

,

Report III (Washington, D.C.: U.S. Gouvernment Printing Office,

1973), p. 54.

j. Esai dalam Karya-Karya Kumpulan

15

Ralph Waldo Emerson, "Literary Ethics",

in Works

, ed.

James Elliot Calot, 12 vols. (Boston: Houhton Mifflin, 1883–93),

IV, 171.

(

Catatan

: Keduabelas jilid tersebut diterbitkan selama tahun

tersebut, antara 1883–1893.

Esai yang dimaksud dalam catatan kaki nomor 15 ini termuat

dalam jilid empat (yang ditulis dengan angka Romawi); penunjukan

pada halaman 171 (yang ditulis dengan angka Arab) jilid tersebut.

(Adelstein and Pival, 1976 : 553–55).

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan mengenai bentuk catatan

kaki ini adalah sebagai berikut.

a. Nomor

Nomor mengikuti bahan yang dikutip, yang diacu atau yang

dikomentari. Nomor itu ditempatkan agak ke atas baris, di belakang

semua tanda baca, kecuali garis pisah. Catatan kaki haruslah diberi

nomor secara berurutan dalam seluruh karya tersebut.

b. Penempatan

Catatan kaki ditulis di bawah garis pada bagian bawah halaman.

Setiap catatan kaki diperlakukan sebagai suatu paragraf terpisah,

dimasukkan 5 spasi diawali dengan nomor yang bersangkutan (sedikit

berada di atas garis), diikuti oleh catatan yang berspasi tunggal, dan

diakhiri dengan titik. Jika catatan kaki ditempatkan pada akhir karya

tulis, haruslah ditempatkan pada halaman khusus (halaman terpisah).

Jarak antara catatan kaki dan catatan kaki lainnya biasanya dua spasi

(atau spasi ganda).

f. Buku Lebih dari Satu Edisi

Sumber

:

Dokumentasi pribadi

Gambar 1.6

Beragam buku merupakan sumber

utama catatan kaki.

20

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

c. Kapitalisasi dalam Judul

Seperti yang telah kita ketahui, huruf pertama pada kata-kata

judul hendaklah ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata-kata tugas

(kata depan dan kata sambung).

d. Judul, Tanda Kutip, dan Huruf Miring

Semua judul mengikuti peraturan yang sama seperti pada

bibliografi: judul buku, judul majalah, harian, atau ensiklopedi

digarisbawahi atau dicetak dengan huruf miring; judul artikel

ditempatkan dalam tanda kutip.

e. Referensi Kedua atau Belakangan

Kalau kita telah menyajikan semua informasi yang dibutuhkan

dalam catatan kaki yang pertama bagi suatu sumber, demi ke-

praktisan tidak perlu lagi kita ulangi seperti catatan kaki yang

pertama itu. Cukup kalau kita menulis nama akhir pengarang dan

nomor halaman saja, contoh: (

Tarigan, p. 17

). Kalau kebetulan

ada dua pengarang yang mempunyai nama akhir yang sama, kita

harus menulis nama mereka secara utuh (

Henry Guntur Tarigan, p.

17

); dan kalau ternyata pengarang tersebut telah menulis dua atau

lebih karya, maka sebaiknya kita mencantumkan nama akhir dan

singkatan judul karyanya, contoh: (

Tarigan, Membaca, p. 27

).

Sebagai bentuk pilihan, pada penyebutan kedua dan seterusnya

atas sumber yang sama, judul buku dan sebagainya tidak perlu

disebut lagi, dan digantikan dengan singkatan:

ibid, op.cit, loc.cit

.

Berikut ini contoh pemakaian

ibid

dan

loc.cit

yang ada di bagian

bawah halaman suatu buku.

Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan bersifat pendidikan, yang

merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan pelajar. Pengalaman pendidikan bersifat kontinu dan interaktif

serta membantu integrasi pribadi pelajar.

45

Pada garis besarnya, pengalaman itu terbagi menjadi dua macam, yaitu pengalaman langsung

partisipasi sesungguhnya dan pengalaman pengganti yang meliputi:

a.

Melalui observasi langsung:

(1) Melihat kejadian-kejadian aktual mengenai objek-objek dan benda-benda yang konkret.

b. Melalui gambar.

(1) Melihat gambar hidup.

(2) Melihat fotografi.

c.

Melalui grafis, yaitu misalnya peta, diagram,

grafikblue point 3

dan lain-lain.

45

Ibid., halaman 43

Sumber: Psikologi Pendidikan, 1992

1

Henry Guntur Tarigan, "Hukuman Tradisional pada Masyarakat Karo",

Piso Surit

, Juni 1981, p.3.

2

Ibid.

[mengacu pada karya Henry Guntur Tarigan, pada halaman yang sama].

3

Andrew Hacker, "Who Killed Harry Gleason?",

Atlantic

, Dec. 1974, p. 53.

4

Ibid

., p.55. [mengacu pada artikel Hacker, halaman berbeda] .

5

Tarigan,

loc.cit

p. 4 [mengacu pada artikel Tarigan, halaman berbeda] .

6

Ibid

, (mengacu pada artikel Tarigan, halaman sama dengan yang tertera pada catatan kaki 5].

7

Hacker,

loc.cit

p.55 [mengacu pada artikel Hacker, catatan kaki yang telah diselingi oleh karya lain

ini menuntut agar nomor halaman diberikan, sekalipun nomor halamannya sama dengan yang

terdapat pada catatan kaki 4].

Berikut contoh penunjukan "ibid" dalam suatu tulisan.

21

Pendidikan

1. Kunjungilah perpustakaan sekolah Anda atau perpustakaan

daerah. Kemudian, pilihlah lima buku yang ada di perpustakaan

tersebut. Selain itu, pilih juga tiga artikel dari surat kabar dan

tiga artikel dari majalah.

2. Susunlah sumber-sumber tersebut dalam bentuk daftar pustaka.

Perhatikanlah cara penyusunan dan penulisannya.

3. Setelah selesai, periksalah kelima buku yang Anda pilih tersebut.

Adakah di antara buku tersebut yang mencantumkan catatan kaki?

Jika ada, tulislah salah satu catatan kaki tersebut beserta kata yang

dirujuknya.

4. Setelah mengerjakan tugas tersebut dan kembali ke dalam kelas,

tukarkanlah dengan pekerjaan teman untuk disunting berdasarkan

EYD. Dalam hal ini, terutama mengoreksi ketepatan tulisannya.

Kegiatan

Lanjutan

1. Buatlah sebuah artikel bertema pendidikan. Dalam tulisan

tersebut,

Anda dapat mengungkapkan pentingnya pendidikan

atau masalah pendidikan di Indonesia. Lakukanlah tugas ini

secara berkelompok.

2. Panjang artikel maksimal lima halaman, diketik dalam kertas

HVS ukuran A4 dengan jarak spasi ganda, dan ukuran huruf

standar (12

point

).

3. Carilah sumber rujukan yang mendukung pembahasan.

4. Lengkapilah tulisan itu dengan daftar pustaka dan catatan kaki.

5. Tukarkanlah hasil pekerjaan kelompok Anda itu dengan

kelompok teman. Lakukan penyuntingan penggunaan tanda

baca, ejaan, dan ketepatan penulisan daftar pustaka dan

catatan kaki.

v

Info

Bahasa

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu, sebuah bahasa

Austronesia yang digunakan sebagai

lingua franca

(bahasa pengantar)

di Nusantara. Kemungkinan bahasa ini terbentuk sejak abad-abad

awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya.

Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah "Melayu

Pasar".

Jenis ini sangat lentur sebab sangat mudah dimengerti dan

ekspresif; toleransi kesalahan sangat besar dan mudah menyerap

istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para

penggunanya.

Sumber

:

Dokumentasi pribadi

Artikel

Bahasa Indonesia adalah bahasa

Melayu, sebuah bahasa Austronesia

yang digunakan sebagai

lingua franca

di Nusantara. Kemungkinan bahasa

ini terbentuk sejak abad-abad awal

penanggalan modern, paling tidak

dalam bentuk informalnya. Bentuk

bahasa sehari-hari ini sering dinamai

dengan istilah "Melayu Pasar".

Jenis

ini sangat lentur sebab sangat mudah

dimengerti dan ekspresif; toleransi

kesalahan sangat besar dan mudah

menyerap istilah-istilah lain dari

berbagai bahasa yang digunakan

para penggunanya.

Sumber

:

Dokumentasi pribadi

Uji

Materi

22

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

Mengenal Ahli Bahasa

Drs

.

E

.

Zaenal Arifin

,

M

.

Hum

., lahir di Tasikmalaya, 28 Maret 1948.

Ia lulusan IKIP Bandung (sekarang UPI) tahun 1980 dan memperoleh gelar

Magister Program Studi Linguistik dari Fakultas Pascasarjana Universitas

Indonesia tahun 1993. Ia bertugas sebagai peneliti dan penyuluh bahasa

pada Pusat Bahasa. Selain itu, ia mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Perbanas dan Universitas Mercu Buana, Jakarta.

Karyanya yang dipublikasikan: 1.

Cermat Berbahasa untuk Perguruan

Tinggi

;

2

. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas

;

3

. Penulisan

Karangan Ilmiah dengan Bahasa Indonesia yang Benar

;

4

. Bahasa yang

Lugas dalam Laporan Teknis

; dan 5

. Bahasa yang Efektif dalam Surat.

Memerankan Drama

D

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat membaca dan

memahami teks drama yang akan diperankan. Selain itu, Anda

diharapkan dapat menghayati watak tokoh yang akan diperankan.

Selanjutnya, Anda diharapkan menyampaikan dialog disertai gerak-

gerik dan mimik yang sesuai dengan watak tokoh.

Apakah Anda mengenal W.S. Rendra? N. Riantiarno? Jajang

C. Noer? Mereka adalah aktor drama yang dikenal dalam khazanah

drama Indonesia. Kemampuan akting mereka tercipta dengan latihan

keras dan tekun. Anda pun mungkin suatu waktu dapat terjun ke dunia

akting seperti mereka. Mulai sekarang, Anda dapat melatih diri dengan

disiplin untuk menghayati menjadi aktor yang sebenarnya.

Sebagai peraga cerita, aktor termasuk seniman unik. Kegiatan

yang dapat dilakukan hanya melihat permainan teman atau lawan

perannya. Itu pun tidak dapat dilakukan dengan bebas karena dia

sendiri terlibat dalam permainan itu. Jadi, hasil karya seorang aktor

adalah peragaan cerita. Dalam memperagakan cerita itu, pemain

v

Bentuk yang lebih formal, disebut Melayu Tinggi, pada masa lalu

digunakan kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatra, Malaya,

dan Jawa. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat

halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.

Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan

Melayu Pasar mengancam keberadaan bahasa dan budaya Belanda

berusaha meredamnya dengan mempromosikan Bahasa Melayu

Tinggi, di antaranya dengan penerbitan karya sastra dalam

Bahasa

Melayu Tinggi

oleh Balai Pustaka.

23

Pendidikan

melakukan perbuatan aktif yang disebut akting. Oleh karena itu,

dapat dikatakan bahwa hasil karya aktor adalah akting.

1. Latihan Dasar

Karya seni sang aktor diciptakan melalui tubuh, suara, dan jiwanya

sendiri. Hasilnya berupa peragaan cerita yang ditampilkan di depan

penonton. Oleh karena itu, seorang aktor yang baik adalah seorang

seniman yang mampu memanfaatkan potensi dirinya.

Potensi diri itu dapat diperinci menjadi: potensi tubuh, potensi

dria, potensi akal, potensi hati, potensi imajinasi, potensi vokal, dan

potensi jiwa. Kemampuan memanfaatkan potensi diri itu tentu tidak

datang dengan sendirinya, tetapi harus dengan giat berlatih.

Pelatihan dasar berikut ini dapat dilakukan oleh calon aktor.

a. Potensi Tubuh

Tubuh harus bagus dan menarik. Arti bagus dan menarik di sini

bukan wajah harus tampan atau cantik. Hal yang dimaksud adalah

tubuh harus lentur, sanggup memainkan semua peran, dan mudah

diarahkan. Latihan dasar untuk melenturkan tubuh, antara lain

sebagai berikut.

(1) Latihan tari supaya aktor mengenal gerak berirama dan dapat

mengatur waktu.

(2) Latihan samadi supaya aktor mengenal lebih dalam artinya

diam; merenung secara insani.

(3) Latihan silat supaya aktor mengenal diri dan percaya diri.

(4) Latihan anggar untuk mengenal arti semangat.

(5) Latihan renang agar aktor mengenal pengaturan napas.

b. Potensi Dria

Dria adalah semua pancaindra: penglihatan, pendengaran, pen-

ciuman, perasa, dan pengecap. Semua perlu dilatih satu per satu

supaya peka. Cara melatihnya, melalui dria ganda. Artinya, suatu

pengindraan disertai pengindraan yang lain. Misalnya, melihat sambil

mendengarkan.

c. Potensi Akal

Seorang aktor harus cerdik dan tangkas. Kecerdikan dan ketang-

kasan itu dapat dipunyai kalau ia terbiasa menggunakan akal, antara

lain dengan kegiatan membaca dan berolahraga. Tentu saja olahraga

yang dimaksud adalah olahraga yang berhubungan dengan pikiran

seperti catur, halma,

bridge

, atau teka-teki silang.

d. Potensi Hati

Hati merupakan landasan perasaan. Perasaan manusia amat

beragam dan silih berganti. Kadang-kadang senang dan tertawa, kadang-

kadang sedih dan meratap. Semua berurusan dengan hati. Oleh karena

itu, melatih hati sebenarnya melatih kepekaan perasaan. Jika perasaan

seseorang peka, ia dapat merasakan apa yang datang dalam suasana

batinnya dengan cepat dan dengan cepat pula ia dapat memberikan

reaksi.

e. Potensi Imajinasi

Akting baru mungkin terjadi apabila dalam hati ada kehendak.

Kehendak (niat) itu harus dilengkapi imajinasi (membayangkan

sesuatu). Menyuburkan imajinasi dalam diri dapat dilakukan dengan

sering mengapresiasi puisi dan mengapresiasi lukisan.

f. Potensi Vokal

Aktor mengucapkan kata-kata yang dirakit menjadi kalimat-

kalimat untuk mengutarakan perasaan dan pikirannya. Kata-kata

Sumber

: www.

blontankpoer.

blogsome.com

Gambar 1.7

Latihan dasar sangat penting untuk

seorang aktor drama.

24

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

diucapkan dengan mulut. Jadi, mulut menghasilkan suara. Suara

dari mulut yang membunyikan kata-kata itu disebut vokal. Aktor

harus mempunyai vokal kuat agar kata-kata yang diucapkan jelas.

Latihan dasar untuk menguatkan vokal antara lain dengan deklamasi

dan menyanyi.

g. Potensi Jiwa

Seorang aktor harus mampu memerankan tokoh dengan penjiwaan.

Artinya, ia harus berusaha agar jiwanya melebur dalam tokoh yang

diperankan. Penjiwaan ini dapat dibangkitkan lewat pengalaman dan

pengamatan. Misalnya, seorang tokoh dapat memerankan tokoh sedih

atau menangis tersedu-sedu dengan penuh penghayatan karena dia

berpengalaman merasakan sedih atau pernah mengamati orang bersedih.

Oleh karena itu, sebaiknya aktor banyak melakukan pengamatan

masalah kehidupan untuk menambah pengalaman.

1. Buatlah kelompok secara berpasangan (laki-laki dan perempuan).

2. Perankanlah penggalan naskah drama berikut disertai gerak-

gerik dan mimik sesuai dengan watak tokoh.

Tumbang

Karya Trisno Sumardjo

Perempuan

Hantu?

Lelaki

(

bangkit, memegang bahu perempuan itu dan mele-

paskannya lagi

) Tidak, tidak, kau bukan hantu. Cuma

aku, aku saja.

Perempuan

Apa maksudmu?

Lelaki

(

ketawa kecil

).

Ah, tidak apa-apa Tidak apa-apa, Dik.

Perempuan

Kau tidak senang melihat aku?

Lelaki

Bukan begitu. Aku senang kau datang kemari. Mana

tempatmu?

Perempuan

Tempatku jauh....

Lelaki

Jauh? Di.... di sana? (

menuding ke atas

). Berapa kali

bumi ini jauhnya?

Perempuan

(

tercengang

)

Mas.Omongmu tidak karuan!

Lelaki

Di neraka atau di sorga?

Perempuan

(

marah

) Rupanya kau sudah menjadi gila! Neraka

atau sorga, katamu? Di sorga tak mungkin. Sebab

kaulah yang menghalang-halangi aku untuk pergi ke

situ kelak. Kaulah yang menyeret aku ke neraka!

Lelaki

Benar.... benar, Dik. (

berjalan ke kursi, duduk, matanya

nanar memandang ke satu jurusan

).

Perempuan

Bukankah salahmu melulu, bahwa penghidupan kita

ibarat neraka? Sehingga aku lari dari padamu, setahun

yang lalu?

Lelaki

(

bertopang dagu

)

Ya, ya Dik. Maaf, maaflah.

Uji

Materi

25

Pendidikan

Perempuan

(

lunak kembali

) Mas, bukan maksudku untuk mem-

balas dendam.

Lelaki

(

mengangguk

) Kutahu, Dik, kutahu baik hatimu.

Semuanya ini salahku. Penderitaan orangtuaku.

Sengsaramu. Semua aku yang menyebabkannya. Aku

penjudi, peminum, penjahat, duh! Cinta kasih orang

tua dan cinta kasihmu, betapa aku membalasnya?

Harta benda orang tua habis lenyap karena aku.

Habis dengan judi dan minum. Kusakitkan hati

ayahku, kusedihkan ibuku. Dan kau Dik, (

Memandang

perempuan muda. itu

) betapa aku membalas ke-

baikanmu? Dengan malas, dengan minum, brendi

berbotol-botol yang kubeli dengan uangmu! Kau yang

selalu kerja keras, aku yang menghabiskan uangmu, aku

yang menyayat hatimu, menyiksa jiwamu! Maaf, maaf,

Dik!

Perempuan

Biarlah, itu sudah lampau. Sekarang aku sudah bisa

mendapat mata pencaharianku sendiri. Tapi kau sendiri?

(

melihat di sekitarnya

). Kau kekurangan segalanya, Mas.

Lelaki

Hukumanku, Dik, biarlah. Ini sudah setimpal.

Perempuan

Kalau mau, aku bisa menolong..... (

membuka tasnya

).

Lelaki

(

cepat

) Ah tidak! Tidak. Terima kasih, Dik.

Perempuan

Tak usah malu-malu, Mas. Kuberikan dengan rela

hati.

Lelaki

Aku tahu, aku tahu! Tapi jangan, jangan aku kauberi

apa-apa. Ah, kalau kupikir bahwa kau mau menolong

aku, kau yang kujerumuskan ke jurang kemiskinan dan

kehinaan! Segala kesabaranmu, kerelaan dan cintamu,

kubalas dengan apa? Dengan muka masam, kekasaran

dan penghinaan. Ah, betapa sering kuhina kau, Dik?

Betapa sering kulemparkan cacian ke mukamu bahwa

kau berasal dari kaum rendah, tak pantas bersama

aku, sebab aku seorang bangsawan? -Bangsawan, ha,

ha! Apa artinya turunan bangsawan, jika tidak disertai

kebangsawanan jiwa? O, orang yang buta tuli seperti

aku ini! Picik dengan persangkaanku bahwa orang

berbangsa lebih dari orang lain, mesti di atas orang

biasa. Picik, pandir, dan gila! Sedangkan kau, Dik, seribu

kali kau lebih bangsawan daripada aku!

Perempuan

Sudahlah. Jangan kau siksa dirimu dengan sesalan

saja. Sekarang kau sudah insaf. Tutuplah riwayat yang

dulu-dulu.

Lelaki

Riwayat yang dulu masih berakibat sampai sekarang.

Hanya kepahitan sajalah yang kau terima dari aku.

Segala kenikmatan hidup sudah kurenggut, kuhela,

kucuri dari padamu, Dik. Tak pernah ada yang kuberi

padamu....O. Keangkuhan darah bangsawan yang

tak mau campur dengan darah murba, karena itu

dianggapnya rendah, kotor. Tapi siapakah yang kotor,

Dik? Aku, aku sendiri! Dan kaulah yang murni!

Meskipun karena kemiskinanmu engkau menjadi

..... Dik, kau masih menjalankan pekerjaan yang....

yang.....?

Perempuan

Ya, Mas, yang hina, yang sangat hina, katakan sajalah.

(

air matanya berlinang-linang

)

Lelaki

(

berdiri

) Aku yang salah, Dik! Cintamu yang murni

itu bahkan mau kauberikan kepada aku yang kotor

ini, tapi kau kuinjak-injak, kuhina, kurusak, sehingga...

sehingga kau terpaksa pergi menjual cintamu...

Demi Allah- Allah yang tak pernah kusebut dulu,

kini kusebut, Dik- (

memegang tangan perempuan itu

kedua-duanya dengan kedua belah tangannya, berlutut

),

demi Allah, ampunilah aku. Maaf, maaf, Dik!

Perempuan

(

air matanya meleleh

)

Cukup, cukuplah, Mas.

Lelaki

Kau ampuni aku, Dik? Katakan....!

Perempuan

Ya, ya Mas, berdirilah.

Lelaki

Katakan! Kumau dengar perkataan maafmu.

Perempuan

Kumaafkan engkau, Mas, sudahlah.

(

berdiri

)

Sumber

:

Horison, Kitab Nukilan Drama

3. Selama pasangan lain memerankan penggalan drama tersebut,

lakukanlah penilaian dengan format berikut.

26

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

Nama Pemeran:

1. ...............

2. ..............

a. Gerak-gerik

b. Mimik

c. Lafal dan intonasi dialog

d. Penghayatan peran

0-4

0-2

0-2

0-2

Unsur Penilaian

Jumlah Penilaian

Nilai

Skor

Sastrawan dan

Karyanya

Asrul Sani

(lahir di Sumatra Barat, 10 Juni 1926, meninggal

di Jakarta, 11 Januari 2004) adalah seorang sastrawan dan sutradara

film asal Indonesia. Ia menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Indonesia (1955). Ia pernah mengikuti seminar

internasional mengenai kebudayaan di Universitas Harvard (1954),

memperdalam pengetahuan tentang dramaturgi dan sinematografi

di Universitas California Selatan, Los Angeles, Amerika Serikat

(1956), kemudian membantu Sticusa di Amsterdam (1957–1958).

Bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin, ia mendirikan

"Gelanggang Seniman" (1946) dan secara bersama-sama pula

menjadi redaktur "Gelanggang" dalam warta sepekan

Siasat

. Selain

itu, Asrul pun pernah menjadi Redaktur majalah

Pujangga Baru

,

Gema Suasana

(kemudian

Gema

),

Gelanggang

(1966–1967), dan

terakhir sebagai pemimpin umum

Citra Film

(1981-1982).

Asrul pernah menjadi Direktur Akademi Teater Nasional

Indonesia, Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia"

Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi),

anggota Badan Sensor Film, Ketua Dewan Kesenian Jakarta, anggota

Dewan Film Indonesia, dan anggota Akademi Jakarta (seumur

hidup).

Karyanya:

Tiga Menguak Takdir

(kumpulan sajak bersama

Chairil Anwar dan Rivai Avin, 1950), Dari Suatu Masa dari Suatu

Tempat (kumpulan cerpen, 1972),

Mantera

(kumpulan sajak, 1975),

Mahkamah

(drama, 1988),

Jenderal Nagabonar

(skenario film, 1988),

dan Surat-Surat Kepercayaan (kumpulan esai, 1997).

Buku mengenai Asrul: M.S. Hutagalung,

Tanggapan Dunia

Asrul Sani

(1967) dan Ajip Rosidi dkk. (ed.),

Asrul Sani 70 Tahun,

Penghargaan dan Penghormatan

(1997).

Selain menulis sajak, cerpen, dan esai, Asrul juga dikenal sebagai

penerjemah dan sutradara film. Terjemahannya:

Laut Membisu

(karya

Vercors, 1949),

Pangeran Muda

(terjemahan bersama Siti Nuraini;

karya Antoine de St-Exupery, 1952), Enam Pelajaran bagi

Calon

Aktor

(karya Ricard Boleslavsky, 1960),

Rumah Perawan

(novel

Yasunari Kawabata, 1977),

Villa des Roses

(novel Willem Elschot,

1977),

Puteri Pulau

(novel Maria Dermount, 1977),

Kuil Kencana

Tabel 1.3

Penilaian Peragaan Drama

Asrul Sani ialah sastrawan besar

yang hadir dalam jagat sastra

Indonesia.

Sumber

:

www.tokohindonesia.com

27

Pendidikan

(novel Yukio Mishima, 1978),

Pintu Tertutup

(drama Jean Paul

Sartre, 1979),

Julius Caesar

(drama William Shakespeare, 1979),

Sang Anak

(karya Rabindranath Tagore, 1979),

Catatan dari Bawah

Tanah

(novel Fyodor Dostoyeski, 1979),

Keindahan

dan

Kepiluan

(novel Yasunari Kawabata, 1980), dan

Inspektur Jenderal

(drama

Nicolai Gogol, 1986).

Film yang disutradarainya: "Pagar Kawat Berduri" (1963),

"Apa yang Kau Cari, Palupi" (1970), "Salah Asuhan" (1974),

"Bulan di Atas Kuburan" (1976), "Kemelut Hidup" (1978), "Di

Bawah Lindungan Kaabah" (1978), dan lain-lain. Tahun 2000 Asrul

menerima penghargaan Bintang Mahaputra dari Pemerintah RI.

Sumber

:

www.tokohindonesia.com

1. Membaca adalah aktivitas yang kompleks, terutama datang

dari faktor luar pembaca dan dalam pembaca sendiri. Untuk

memperlancar proses membaca, seorang pembaca harus

memiliki modal pengetahuan dan pengalaman; kemampuan

memahami bahasa; kemampuan teknik membaca; serta tahu

tujuan membaca. Sebetulnya, kegiatan membaca identik dengan

rasa kritis dan juga mengingat.

2. Kegiatan membaca akan lebih terasah dengan mengungkapkan

secara lisan hal-hal apa saja yang ada dalam bacaan. Hal ini

menyangkut keahlian menangkap pokok-pokok pikiran dalam

bacaan.

3. Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak

pada awal paragraf.

4. Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya berada

di bagian akhir. Biasanya, kalimat utama paragraf induktif

menggunakan konjungsi penyimpul antarkalimat, seperti

jadi

,

maka

,

dengan demikian

,

akhirnya

,

oleh karena itu

.

5. Daftar pustaka dikenal juga sebagai referensi, bibliografi, sumber

acuan, atau sumber rujukan. Daftar pustaka adalah susunan

sumber informasi yang umumnya berasal dari sumber tertulis

berupa buku-buku, makalah, karangan di surat kabar, majalah,

dan sejenisnya.

6. Daftar pustaka ditempatkan pada bagian akhir karangan dan ditulis

pada halaman tersendiri. Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan

abjad nama penulis (alfabetis) dan tidak menggunakan nomor urut.

7. Walaupun suatu catatan kaki dapat saja menambahi komentar dan

penjelasan, haruslah diingat benar-benar bahwa fungsi utamanya

adalah memberikan informasi mengenai suatu sumber.

8. Kegiatan memerankan drama berhubungan dengan latihan dasar,

yaitu pelatihan:

a. potensi tubuh e. potensi imajinasi

b. potensi ceria

f.

potensi vokal

c. potensi akal

g. potensi jiwa

d. potensi hati

Rangkuman

28

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

Kegiatan mengemukakan uraian topik dalam suatu bacaan

akan membuat Anda terlatih berbicara dalam mengungkapkan

hal-hal apa saja yang terdapat dalam teks bacaan. Selain itu,

sekaligus juga Anda akan terbiasa melakukan diskusi dengan

orang lain. Adapun menulis paragraf deduktif dan induktif

akan berguna dalam kreativitas menulis. Anda akan mahir

menempatkan pokok pikiran dan pikiran penjelas dalam

suatu karangan. Kegiatan mengarang atau menulis ini akan

lebih terasah dengan mencantumkan referensi dalam bentuk

daftar pustaka atau catatan kaki. Dengan demikian, hasil

tulisan Anda akan dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah. Adapun kegiatan memerankan drama akan melatih

Anda menghayati peran tokoh.

K

K

eg

i

ia

t

ta

n

mengem

k

uk

k

ak

an

ur

i

ai

an

t

to

i

pi

k

k

d

da

l

la

m

m

s

su

t

at

u

b

ba

ca

ca

an

an

Refleksi Pelajaran

Kerjakanlah soal berikut.

Untuk soal nomor 1.s.d. 3, bacalah teks berikut.

Untuk mengubah suatu bahan alam yang

mengaku berkhasiat menjadi obat, perlu proses

pengujian yang panjang. Tidak ubahnya dengan proses

membuat suatu temuan obat baru. Ongkos untuk itu

juga setinggi ongkos membuat sebuah obat baru. Oleh

karena itu, pengakuan bahwa jamu, obat tradisional,

ramuan, atau apa pun yang bukan tergolong obat,

mampu menyembuhkan penyakit, jangan mudah

menerimanya. Apa pun bahan berkhasiatnya, belum

memenuhi persyaratan sebagai obat.

1. Apakah paragraf ke-1 termasuk paragraf induktif atau deduktif?

Berikan alasan atas jawaban Anda tersebut.

2. Tuliskanlah pikiran pokok yang ada dalam paragraf ke-2.

3. Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan isi teks.

a. Mengapa diperlukan pengujian panjang dalam membuat

suatu bahan menjadi obat?

b. Bagaimanakah suatu zat dikatakan berkhasiat?

c. Apakah persamaan jamu dengan obat?

4. Buatlah sumber berikut menjadi susunan daftar pustaka yang

benar.

1.

Fonetik

2.

Parmin

,

Kumpulan

Cerita Pendek

3.

Morfologi Suatu Tinjauan

Deskriptif

1999

2002

2001

Gadjah Mada

University Press

Penerbit Kompas

CV Karyono

Yogyakarta

Jakarta

Yogyakarta

K. Marsono

Jujur Prananto

M. Ramlan

Penerbit

Kota Penerbit

Pengarang

Tahun

Judul Buku

Suatu zat berkhasiat dalam obat sudah teruji

khasiatnya. Artinya, untuk diagnosis penyakit yang

sama, jika diberikan suatu obat dengan dosis yang

sama, semua penyakitnya akan sembuh. Bukan

hanya itu, efek sampingnya sudah dikenali pula dan

keamanannya pun sudah terbukti. Tidak demikian

halnya apabila diberikan bahan berkhasiat.

Sumber

:

www. indosiar.com

Kjk

lh

lb

ik

t

Soal Pemahaman Pelajaran 1